Gianyar, Bali (ANTARA) – Kelangkaan air diperkirakan akan terus meningkat di Bali, termasuk pulau tetangganya, Jawa dan Nusa Tenggara, hingga 2030, sehingga semua pemangku kepentingan harus meningkatkan upaya konservasi sumber daya air.
Hal itu disampaikan Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN) dan Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), Suharso Monoarfa, di Gianyar, Bali, Selasa, saat menghadiri peluncuran “program pemuliaan air” Yayasan Puri Kauhan Ubud. di Tukad Oos, yang merupakan bagian dari sungai atau jaringan irigasi di sana.
“Saya mendukung penuh upaya konservasi air yang dilakukan Puri Kauhan Ubud. Pasalnya, saat ini berdasarkan studi World Resources Institute (WRI) tahun 2015, terdapat 36 negara dengan tingkat kesulitan air yang tinggi,” kata Monoarfa.
Tingkat stres air yang tinggi mengacu pada kondisi dimana cadangan air tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan air di suatu negara, jelasnya.
“Di Indonesia, fenomena kelangkaan air di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara diperkirakan akan terus meningkat hingga 2030,” ujarnya.
Secara sederhana, konservasi air adalah upaya pengelolaan air untuk memastikan pemanfaatan, keberlanjutan, dan ketersediaannya secara cerdas dengan tetap menjaga dan meningkatkan kualitasnya, tambahnya.
Berita Terkait: Masyarakat yang tinggal di perbatasan Kalimantan Barat menghadapi krisis air bersih
Yayasan Puri Kauhan Ubud melanjutkan upaya pelestarian lingkungan di Bali dengan meluncurkan “program pemuliaan air” di Tukad Oos bertema “Nyapuh Tirah Campuhan”, serta beberapa program aksi.
Program aksi meliputi seminar pelestarian dan pengembangan cagar budaya, lomba video cerita rakyat, kegiatan konservasi air dan tanah, revitalisasi ekonomi sistem irigasi air Bali. subacdan menanam tanaman untuk produksi, upacara (upakara), dan tujuan pengobatan.
Mereka juga mencakup revitalisasi desa wisata, pelatihan pengelolaan sampah, pameran lukisan ekologi, dan parade.
Berita Terkait: Indonesia mengusulkan empat langkah ketahanan berkelanjutan