Jakarta, CNBC Indonesia – Indeks harga saham komposit (IHSG) menutup 0,04% merah tipis pada level 6.010,12 pada perdagangan Selasa kemarin (15/12/20). Indeks benchmark di Bursa Efek Indonesia (BEI) mencapai level tertinggi harian 6.023 sebelum kembali turun.
Data perdagangan tercatat, meski minus IHSG tipis, indeks ini masih bisa tetap di atas level secara psikologis 6.000.
Tim Riset CNBC Indonesia menilai sentimen negatif untuk IHSG terdiri dari Pesan dari Menteri Koordinator Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan yang mengarahkan gubernur DKI Jakarta akan memperketat lagi pembatasan sosial yang meluas dari 18 Desember 2020 hingga 8 Januari 2021.
Instruksi ini dimaksudkan untuk mengurangi peningkatan jumlah korban yang terinfeksi virus C.ovid-19.
Data perdagangan menunjukkan, investor asing melakukan beli bersih Rp 566 miliar dengan nilai transaksi Rp 17,6 triliun di pasar reguler. Ditemukan 200 saham naik, 271 terkoreksi dan 153 sisanya stagnan.
Investor asing melakukan jual bersih di PT Indofood CBP Sukses sukses Tbk (SAYACBP) sebesar Rp 84 miliar dan PT Indofood Sukses sukses Tbk ((INDF) senilai Rp 76 miliar.
Asing juga membeli saham bersih PT Bank Central Asia Tbk((BBCA) Rp 254 miliar dan PT Astra Internasional Tbk ((ASII) Rp 307 miliar.
Tekanan jual bersih di beberapa saham berkapitalisasi besar juga mendorong IHSG turun tipis, khususnya duo Indofood.
5 saham hasil net foreign sale, Selasa (15/12)
1. Indofood Sukses Makmur (INDF), penjualan bersih Rp 76,8 miliar, saham -1,78% Rp 6.900
2. Ciputra Development (CTRA), penjualan bersih Rp 61,6 miliar, saham -3,83% dari Rp 880
3. Indofood CBP Sukses Makmur (ICBP), penjualan bersih Rp 60,5 miliar, saham -1,27% Rp 9,700
4. Bank Negara Indonesia (BBNI), penjualan bersih Rp 41,5 miliar, saham -1,14% Rp 6,500
5. Adaro Energy (ADRO), penjualan bersih Rp 38,6 miliar, saham -2,55% Rp 1.530
5 saham top loser, Senin (15/12)
1. Putra Rajawali (PURA), saham -5,97% Rp 126, transaksi Rp 102,2 miliar
2. Ciputra Development (CTRA), -3,83% Rp 880, transaksi Rp 128,3 miliar
3. Bank BRISyariah (BRIS), -2,78% Rp2.100, transaksi Rp1 triliun
4. PP Properti (PPRO), -2,59% Rp 113, Rp 51,6 Miliar transaksi
5. Adaro Energy (ADRO), -2,55% Rp 1.530, transaksi Rp 221,7 miliar
Sentimen negatif bagi pasar datang setelah pemerintah memutuskan melarang keramaian dan perayaan Tahun Baru di tempat umum.
Keputusan ini dibuat pada sesi yang mengkoordinasikan resolusi Covid-19 dari DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur dan Bali secara virtual di Kantor Maritim pada Senin (14-12-2020) di bawah arahan Luhut. Mantan Dubes RI di Singapura itu meminta agar pelaksanaan pengetatan ini dimulai pada 18 Desember 2020 paling lambat 8 Januari 2021.
Dengan pelarangan pesta di tahun baru, ada risiko tingkat konsumsi masyarakat yang merupakan komponen utama pembentukan produk domestik bruto (PDB) akan tertekan pada akhir tahun ini. Akibatnya perekonomian Indonesia akan sulit keluar dari resesi.
Selain itu, Badan Pusat Statistik (BPS) mengumumkan bahwa impor Indonesia masih mengalami pertumbuhan negatif atau penurunan negatif pada November 2020. Catatan neraca perdagangan dengan demikian kembali menjadi surplus.
Pada November 2020, nilai impor mencapai $ 12,66 miliar, turun 17,46% dari periode yang sama tahun lalu (year-over-year).YoY).
Dengan nilai ekspor $ 15,28 miliar naik 9,54% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya (dibandingkan tahun sebelumnya /YoYNeraca perdagangan Indonesia mengalami surplus $ 2,62 miliar pada November 2020. Terakhir kali neraca perdagangan menunjukkan defisit adalah pada April 2020.
Konsensus pasar dikumpulkan untuk mendapatkan informasi CNBC Perkiraan impor Indonesia untuk November 2020 dengan penurunan 24,14% YoYEkspor naik 3,29% YoY. Neraca perdagangan diperkirakan surplus $ 2,72 miliar.
(Tas tas)