JAKARTA – Tidak semua BUMN mampu memberikan keuntungan dan deviden bagi negara. Kondisi ini disebabkan hanya separuh BUMN yang menghasilkan pendapatan dari total BUMN yang ada.
“BUMN di Indonesia saat ini sudah dalam kondisi Pareto dimana sekitar 80% dari total kontribusi penjualan BUMN hanya sekitar 20% dari total perusahaan, artinya masih banyak BUMN yang belum beroperasi secara optimal,” ujar pengamat BUMN dari Universitas Negeri itu. Indonesia. UI) Toto Pranoto, Jumat (3 Mei 2021).
Baca juga: Dahlan Iskan: Banyak BUMM yang penjualannya kecil, seolah jenazahnya belum dikuburkan
Menteri BUMN Erick Thohir saat ini sedang melakukan pengecilan BUMN. Langkah ini sejalan dengan kinerja beberapa perusahaan yang dinilai dinilai tidak menguntungkan negara.
Padahal, Erick telah merampingkan 142 perusahaan milik negara menjadi hanya 41 perusahaan. Sementara itu, jumlah cluster telah dikurangi dari 27 cluster menjadi 12 cluster.
Baca juga: Dahlan Iskan: 30 GUMNEN sudah mati tapi belum dikuburkan
BUMN bukan hanya perusahaan yang tujuannya benar-benar komersial, tetapi juga kewajiban pelayanan publik. Tujuan kedua ini terkadang dianggap menguras keuangan perusahaan.
“Bilang, cukup kita punya 25 BUMN terbesar saja misalnya? Karena pengelolaan nanti bisa jauh lebih mudah dalam hal return? Ini tentu pertanyaan yang cukup kompleks,” ujarnya.