Ini (limbah makanan) secara alami berdampak pada aspek lingkungan, timbulan (sampah) ini menyebabkan total emisi gas rumah kaca sebesar 1.702,9 megaton CO2-eq
JAKARTA (ANTARA) – Kehilangan dan pemborosan pangan di Indonesia selama 20 tahun terakhir mencapai 23-48 juta ton per tahun atau setara 115-184 kilogram per kapita per tahun, kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional.
Data tersebut didasarkan pada analisis food loss and waste yang dilakukan antara tahun 2000 dan 2019 sebagai bagian dari kerjasama antara pemerintah Indonesia dan Departemen Luar Negeri Persemakmuran, Suharso Monoarfa, yang juga mengepalai Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas). .
“Tentu ini (limbah makanan) berdampak lingkungan, timbulan (sampah) ini menyebabkan total emisi gas rumah kaca sebesar 1.702,9 megaton CO2eq,” kata Menkeu saat webinar di Jakarta, Rabu.
Itu juga merugikan ekonomi 213-551 triliun rupee per tahun, yang merupakan 4-5 persen dari PDB Indonesia, tambahnya.
Sedangkan dampak sosialnya adalah hilangnya kandungan energi yang setara dengan satu porsi makanan untuk 61 hingga 125 juta orang atau 29 hingga 47 persen penduduk Indonesia.
Menurut laporan World Hunger Index, indeks kelaparan Indonesia saat ini berada di peringkat “sedang” setelah tetap “serius” selama lima tahun berturut-turut.
Permintaan pangan tinggi, namun ketersediaan pangan terbatas akibat pembatasan mobilitas selama pandemi COVID-19, kata Monoarfa. Oleh karena itu, pemantauan kehilangan dan limbah makanan diperlukan untuk merencanakan dan mengembangkan langkah-langkah untuk mengisi kesenjangan ini, katanya.
“Pemerintah Indonesia telah meningkatkan keterlibatannya melalui kebijakan pembangunan rendah karbon yang tertuang dalam berbagai regulasi, termasuk Rencana Pembangunan Menengah Nasional 2020-2024,” kata Monoarfa.
Indonesia juga telah berkomitmen untuk mengurangi dan mengolah sampah, termasuk sampah makanan, dengan target 30 persen untuk pengurangan dan 70 persen untuk pengolahan pada tahun 2025 melalui kebijakan dan strategi pengelolaan sampah rumah tangga dan sejenis, tambahnya.
Pandemi COVID-19 yang sedang berlangsung telah mendorong Indonesia untuk menggunakan pemulihan nasional pascapandemi untuk membangun negara yang lebih baik dan berkelanjutan, katanya.
“Salah satunya (cara membangun masa depan yang berkelanjutan) dimulai dengan transisi bertahap dari ekonomi konvensional ke ekonomi sirkular, termasuk masalah food loss dan waste. Hal ini tentu penting mengingat masalah sampah Indonesia merupakan masalah kompleks yang memerlukan pengelolaan terpadu,” ujarnya. (DI)
DIEDIT OLEH INE
Berita serupa: Presiden Bangga Proyek LRT Jabodebek Panjang 44 Km: Sumadi
Berita serupa: Presiden kunjungi kampanye vaksinasi massal di RS UI