Reuters
Jakarta
Kamis, 9 Desember 2021
Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PMBBG) mengirimkan tim peneliti ke Gunung Semeru untuk mengidentifikasi daerah yang cocok untuk penduduk desa pasca letusan pada hari Sabtu yang menewaskan puluhan orang di lereng gunung tertinggi di pulau Jawa itu. berbahaya.
Pada hari-hari sejak bencana, pertanyaan telah diajukan tentang efektivitas sistem peringatan bencana dan apakah beberapa desa harus direlokasi.
Ediar Usman, seorang pejabat PVMBG, mengatakan pada konferensi pers bahwa beberapa daerah mungkin tidak lagi aman.
“Kemungkinan bencana serupa bisa terjadi di masa depan,” katanya.
Eko Budi Lelono, yang mengepalai pusat survei geologi, mengatakan Reuters tim akan diberangkatkan minggu ini dan termasuk ahli dari Yogyakarta yang pernah mempelajari gunung Merapi di dekat kota itu.
Diperkirakan 8,6 juta orang di Indonesia hidup dalam jarak 10 km dari gunung berapi aktif, baik dalam jangkauan aliran piroklastik yang mematikan.
Skala letusan hari Sabtu mengejutkan banyak penduduk desa, dan lusinan tidak dapat melarikan diri ketika gunung berapi memproyeksikan awan abu ke langit bermil-mil dan mengirimkan arus piroklastik yang berbahaya ke desa-desa di lereng subur di bawah.
Sedikitnya 34 orang tewas, 22 lainnya hilang, sementara ribuan lainnya mengungsi, menurut badan perlindungan sipil.
Wabah itu mengubur beberapa desa hampir seluruhnya di bawah abu cair setebal beberapa meter, dengan lebih dari 100.000 rumah rusak atau hancur sebagian.
Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengatakan pada hari Selasa selama survei helikopter di daerah yang paling parah terkena dampak bahwa setidaknya 2.000 rumah perlu dibangun kembali di berbagai daerah.
Semeru adalah salah satu dari lebih dari 100 gunung berapi aktif di Indonesia, yang membentang di “Cincin Api Pasifik”, sebuah area dengan aktivitas seismik tinggi yang bertumpu pada beberapa lempeng tektonik.