TEMPO.CO, jakarta – Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan pada Selasa mengomentari kepergian SoftBank sebagai calon investor dalam pembangunan ibu kota baru Indonesia, Nusantara.
Dia menjelaskan bahwa pemerintah telah diberitahu tentang SoftBank mundur dari proyek untuk beberapa waktu. Luhut mengklaim jatuhnya saham perusahaan Jepang itu menjadi alasan di balik penarikannya.
“SoftBank sejak awal menarik diri sejak sahamnya anjlok. Mereka kemudian memiliki dana visi yang tidak ditempatkan ke Saudi, bukan Abu Dhabi [but for the new capital],” kata Luhut di Grand Hyatt Jakarta Pusat pada 15 Maret.
Kembali pada tahun 2020, Menteri Luhut mengumumkan bahwa SoftBank tertarik untuk berinvestasi dalam pembangunan ibu kota baru Indonesia di Kalimantan Timur. Pemerintah bahkan telah menunjuk CEO SoftBank Masayoshi Son sebagai kepala dewan pengarah ibu kota baru bersama dengan Tony Blair dan Mohamed bin Zayed Al Nahyan dari Abu Dhabi.
Luhut mengatakan pada saat itu bahwa nilai investasi yang ditawarkan oleh perusahaan Jepang itu terlalu besar, menambahkan bahwa US$25 miliar akan cukup karena rencana relokasi kota telah dimulai.
Pekan lalu, SoftBank secara resmi mengkonfirmasi bahwa mereka tidak akan berpartisipasi lebih jauh dengan rencana tersebut tetapi mengatakan mereka akan terus berinvestasi di Indonesia melalui portofolio perusahaan di SoftBank Vision Bank di sektor lain.
Luhut mengatakan pemerintah telah mengambil berbagai investasi Komitmen IKN untuk menggantikan SoftBank. Komitmen senilai US$20 miliar akan datang dari Abu Dhabi dan Arab Saudi. “Abu Dhabi akan masuk nanti melalui Sovereign Wealth Fund,” kata Luhut.
Membaca: Jokowi Minta Kelincahan Pemprov Ibu Kota Baru Dapatkan Dana
FRANCISCA CHRISTY ROSANA