“Kepresidenan (G20) menyimpulkan bahwa Bank Dunia harus mulai menjajaki proses pengembangan dan pembentukan FIF,” kata Indrawati pada pertemuan kedua konferensi pers Menteri Keuangan dan Gubernur Bank Sentral (FMCBG) G20 di Jakarta, Kamis.
Menurut Menkeu, anggota G20 memandang FIF sebagai pilihan paling efektif untuk mekanisme keuangan baru, terutama dalam mempersiapkan potensi pandemi lainnya di masa depan.
Indrawati meyakini, pendirian FIF dinilai mampu mengatasi gap pembiayaan di bidang kesehatan seperti yang terjadi selama pandemi COVID-19 saat ini.
“Sebagian besar (G20) anggota setuju tentang perlunya mekanisme keuangan baru yang didedikasikan untuk mengatasi kesenjangan pembiayaan di PPR,” katanya.
Oleh karena itu, ia menjelaskan bahwa anggota G20 berharap pembentukan FIF dapat memitigasi kebutuhan pembiayaan kesehatan sesuai dengan harapan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).
Selain itu, anggota G20 meminta Bank Dunia untuk menjajaki pembahasan tata kelola dan regulasi operasional FIF dengan melibatkan WHO.
“Ada dukungan luas untuk WHO dan Bank Dunia mengenai penilaian kesenjangan pembiayaan yang signifikan yang perlu ditangani,” kata Indrawati.
Sebelumnya, pada 1 AprilKementerian Keuangan dan Kesehatan Indonesia memulai kembali Gugus Tugas Gabungan Keuangan dan Kesehatan (JFHTF) G20 ketiga.
Dalam pertemuan tersebut, co-chair JFHTF Wempi Saputra mengundang negara-negara anggota G20 untuk menyusun rencana aksi pembiayaan untuk kesiapsiagaan dan respon pandemi (PPR).
“Pertemuan JFHTF ketiga ini merupakan langkah penting bagi seluruh negara anggota dalam menyusun strategi pembiayaan untuk pencegahan, kesiapsiagaan, dan respon terhadap pandemi atau PPR,” kata Saputra.
Sementara itu, salah satu agenda utama Indonesia Kepresidenan G20 adalah arsitektur kesehatan global.
SUMBER Kementerian Komunikasi dan Informatika
IKUTI KAMI DI GOOGLE NEWS