Cara pemulihan yang tepat adalah dengan melestarikan ekosistem laut yang mendukung wisata bahari, salah satunya wisata menyelam untuk melihat terumbu karang yang beraneka ragam dan indah.
Kota Bogor (ANTARA) – Potensi wisata selam Indonesia cukup besar, namun terkendala oleh kerusakan ekosistem, kata Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor (IPB) Fredinan Yulianda.
Guru Besar itu mencatat lebih dari 70 persen spesies terumbu karang dunia ada di Indonesia, meski saat ini baru 28,6 persen yang bisa dijadikan wisata selam karena dampak kerusakan ekosistem.
“Cara pemulihan yang tepat adalah konservasi ekosistem laut yang mendukung wisata bahari, salah satunya wisata selam untuk melihat terumbu karang yang beraneka ragam dan indah,” kata Fredinan dalam presentasi online-nya, Kamis.
Berita Terkait: Siswa menyerukan hiking ramah lingkungan
Ia mengatakan, perilaku masyarakat yang sering mencemari perairan hingga ke laut cukup merusak ekosistem laut, sehingga kontribusi ekonomi kelautan menjadi kurang optimal.
Selain itu, kata dia, pembangunan di darat dengan penimbunan atau reklamasi juga berdampak, karena dapat mempersempit wilayah laut dangkal tempat tumbuhnya terumbu karang.
Kegiatan ekonomi lainnya, seperti pengeboman laut untuk menangkap ikan, juga merusak ekosistem laut, ujarnya.
Yulianda mengatakan konservasi yang dilakukan dengan baik akan mampu menyeimbangkan lingkungan laut dan kegiatan ekonomi masyarakat.
Berita Terkait: Kemenpar Gandeng WIPO Tingkatkan Daya Saing Pelaku Pariwisata
Edukasi konservasi kepada masyarakat, instansi, dan pengusaha pariwisata harus ditingkatkan, karena pertumbuhan karang membutuhkan waktu ratusan tahun, ujarnya.
Ia mengatakan dengan 17 ribu pulau kecil, Indonesia memiliki garis pantai terpanjang kedua di dunia dan jumlah garis pantai dengan tipe perairan dangkal yang mendukung keberadaan terumbu karang mencapai 99 ribu.
Indonesia juga memiliki 16.671 pulau yang dipenuhi dengan beberapa terumbu karang di sekitarnya.
“Keanekaragaman saat ini menjadi aset yang kuat bagi ekowisata dengan mengutamakan sumber daya alam dari ekosistem terumbu karang,” ujarnya.
Berita Terkait: Desa Ugar Papua Barat memiliki potensi ekowisata yang berkelanjutan: pemerintah
Berita Terkait: Kementerian menargetkan 4,4 juta pekerja baru di sektor pariwisata pada 2024