Saat ini apapun dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan agar terjadi pemerataan kesejahteraan masyarakat
Jakarta (ANTARA) – Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko meminta pemerintah daerah meningkatkan produksi tanaman pangan unggulan.
“Di Bima (Nusa Tenggara Barat), jagung mereka unggul. Produktivitas ini harus terus ditingkatkan untuk menjaga ketahanan pangan daerah dan nasional,” katanya saat menerima Walikota Bima Muhammad Lutfi di Gedung Bina Graha, Kompleks Istana Kepresidenan, di Jakarta, Selasa.
Ketahanan pangan adalah kunci untuk menghadapi risiko krisis global, katanya. Oleh karena itu, pemerintah berupaya mendorong ketahanan pangan melalui berbagai strategi dan kebijakan.
Dari sisi pembiayaan, pemerintah telah memberikan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dapat diakses oleh pelaku sektor pertanian dengan suku bunga hanya tiga persen hingga akhir tahun 2022, ujarnya.
Pemerintah juga telah meningkatkan pagu kredit menjadi Rp373,17 triliun (US$23,8 miliar).
“Pemerintah daerah bisa memanfaatkannya baik untuk pengadaan mesin dan peralatan pertanian maupun korporatisasi sektor pertanian,” kata Moeldoko.
Selain itu, pemerintah juga melakukan diversifikasi pangan daerah dengan meningkatkan produksi jagung, sorgum, sagu, dan singkong melalui perluasan lahan dan pembukaan lahan baru, katanya.
“Saat ini apa saja dilakukan untuk menjaga ketahanan pangan agar terjadi pemerataan kesejahteraan masyarakat,” ujarnya.
Sementara itu, Wali Kota Bima Muhammad Lutfi mengatakan, sistem irigasi yang belum memadai masih menghambat upaya peningkatan produksi pertanian. Sehingga, petani jagung masih mengandalkan air hujan.
“Kami membutuhkan bendungan yang dapat digunakan sebagai irigasi teknis untuk meningkatkan produksi pertanian, khususnya jagung,” katanya.
Saat ini, pemerintah kota berencana membangun dua bendungan, ujarnya. Bendungan tersebut diharapkan dapat mencegah banjir pada musim hujan seperti yang dialami pada tahun 2016.
Pada tahun 2016, curah hujan yang tinggi menyebabkan air sungai meluap dan membanjiri seluruh kota, menyebabkan kerugian sebesar Rp2 triliun (US$127 juta).
“Selain untuk mengantisipasi banjir, bendungan ini juga sangat penting sebagai sumber air baku. Oleh karena itu, kami membutuhkan dukungan dari Kantor Staf Kepresidenan,” tambahnya.
Berita Terkait: NFA untuk meningkatkan potensi sektor pangan Jawa Barat
Berita Terkait: KTT G20 untuk membahas ketahanan pangan, kesehatan, transformasi digital
Berita Terkait: Jokowi desak tingkatkan kualitas, produktivitas tebu lokal