TEMPO.CO, jakarta – Beberapa warga mengungsi setelah kejadian tersebut cianjur Distrik mematikan gempa bumi menderita berbagai penyakit selama tinggal di pengungsian sementara sejak Senin (21/11/2022).
Menurut Wakil Direktur RS Sayang, Neneng Efa Fatimah, Sabtu (26/11), enam orang dirawat di RS karena “dampak” tinggal di tempat penampungan sementara.
“Mereka menderita infeksi saluran pernapasan akut dan dehidrasi yang kemungkinan dipicu oleh penyakit penyerta atau stres,” katanya.
Ia menambahkan, sebanyak 37 warga serius yang dirawat di rumah sakit itu harus dilarikan ke beberapa rumah sakit di Provinsi Jawa Barat, termasuk Hasan Sadikin di Bandung, untuk menjalani operasi.
Pada Sabtu (26/11), empat dari 37 korban luka yang menjalani operasi telah dibubarkan dari RS Hasan Sadikin, dan dikembalikan ke RS Sayang sebagai pasien rawat jalan.
Gempa bermagnitudo 5,6 mengguncang Cianjur pada 21 November pukul 13.21 waktu setempat, menewaskan sedikitnya 318 orang dan melukai 7.729 lainnya.
Gempa yang berpusat sekitar 10 km dari Cianjur dengan kedalaman 10 km itu juga merusak 2.345 rumah dan memaksa 73.693 warga mengungsi.
Meski tidak ada tsunami, getaran gempa tidak hanya dirasakan oleh warga di zona bencana, tetapi juga di wilayah Jakarta, Bogor, dan Bekasi, menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG).
Sementara itu, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) menyebutkan sebanyak 595 dari 7.729 warga yang mengalami luka-luka mengalami luka berat.
Sekitar 108 dari 595 korban luka parah sedang dirawat di rumah sakit, kata badan itu menambahkan bahwa jumlah korban tewas akibat gempa telah meningkat menjadi 318 menyusul penemuan delapan mayat lainnya.
Wakil III BNPB Mayjen Fajar Setyawan dalam keterangannya baru-baru ini mengatakan, warga yang mengalami luka ringan sudah diperbolehkan pulang.
Yang mematikan gempa bumi juga memaksa 73.693 warga mengungsi setelah rumah mereka roboh atau rusak akibat gempa.
ANTARA
Klik disini untuk mendapatkan update berita terbaru dari Tempo di Google News