Jakarta (ANTARA) – PT Bio Farma (Persero) milik negara telah membuat alat diagnostik yang menggunakan teknologi terkini untuk mendeteksi kanker serviks dengan menggunakan sampel urin, yang diklaim akan membuat pemeriksaan lebih nyaman dibandingkan dengan pap smear konvensional.
“Kami sudah menyiapkan kitnya. Tesnya bisa dilakukan dengan mudah,” kata Direktur Utama PT Farmasi Honesti Basyir di Jakarta, Selasa.
Pap smear adalah tes sitologi di mana sel serviks dikumpulkan dari serviks dan diperiksa di bawah mikroskop.
Pemeriksaan dilakukan oleh ahli patologi anatomi di laboratorium, yang menentukan apakah sampel mengandung sel pra-kanker atau kanker.
Pap smear juga dapat digunakan untuk mendeteksi adanya infeksi atau peradangan pada serviks.
“Mungkin ada yang tidak suka pap smear atau swab,” jelasnya.
“Namun, teknologi baru ini bisa saja menggunakan urin, yang bisa mendorong banyak orang untuk menjalani (tes) diagnostik untuk melihat apakah mereka rentan terhadap kanker atau tidak,” katanya.
Alat deteksi dini kanker serviks yang dimiliki perusahaan ini dapat digunakan oleh semua kalangan usia produktif.
“Masyarakat bisa membelinya. Kalau ada program pemerintah, mereka bisa berpartisipasi atau ingin berpartisipasi,” katanya.
Jika alat itu digunakan dalam program pemerintah, maka akan ada kondisi tertentu atau waktu tunggu, tambah Basyir.
“Alat ini dapat digunakan di seluruh laboratorium diagnostik yang bekerjasama dengan Bio Farma,” ujarnya.
Basyir menyampaikan rencananya alat tersebut akan didistribusikan ke seluruh laboratorium Bio Farma mulai Januari 2023. Saat ini, produksi alat baru tersebut masih terus berjalan.
“Alatnya sebenarnya sudah ada, tapi kami melakukan beberapa tes dulu dengan Kementerian Kesehatan untuk mendapatkan data yang lebih akurat,” jelasnya.
Berita Terkait: Bio Farma, MSD kerjasama produksi vaksin HPV di Indonesia
Berita Terkait: Pemerintah menunjukkan ketangguhan dalam menangani kanker serviks melalui vaksinasi
