TEMPO.CO, jakarta – Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo menepis pernyataan anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) bahwa program food estate gagal. Syahrul berpendapat bahwa Indonesia memiliki jenis tanah yang beragam sehingga menemukan metode yang efektif untuk mengolah jenis tanah tertentu sangat penting.
Selain itu, kata Syahrul, keberhasilan program tidak bisa diukur dengan pertanian di Pulau Jawa. “Enggak gagal. Jangan bandingkan tanah sini di Jawa dengan di Kalimantan yang rawa-rawa. [as easy as] Berbalik tangan,” kata Syahrul saat ditemui di Gedung DPR, Senayan, Jakarta Selatan, Senin, 16 Januari 2023.
Pemerintah telah membuka sekitar 62.000 hektare lahan baru. Dari jumlah itu, 47.000 hektar sudah menghasilkan komoditas hingga 4 ton. Namun, Syahrul enggan merinci lebih lanjut di mana lahan itu berada dan komoditas apa yang dihasilkan.
Politisi PDIP itu menegaskan, program berjalan lamban karena menghadapi berbagai kendala seperti hama, cuaca, dan masyarakat sekitar. Sehingga membutuhkan proses dan kesabaran dalam pengelolaannya. Tapi dia yakin tanah negara bisa produktif.
“Kami optimis. Lahan kami di Papua harus dijadikan lahan produktif dan itu bertahap,” tambah Syahrul.
Syahrul tak menampik ada lahan yang tidak produktif. Namun, dia menyatakan akan segera membenahi penyebabnya, terutama masalah irigasi. Dia juga meminta siapa pun yang mengkritik program untuk menyajikan data yang valid, yang mencerminkan kinerja kementerian yang baik.
Sebelumnya, Ketua Komisi IV DPR Sudin mengatakan kementerian yang dipimpin Syahrul Yasin Limpo memiliki kinerja yang buruk dan banyak masalah, termasuk program food estate. Ia mengaku memiliki data yang menunjukkan kegagalan di beberapa daerah.
RIANI SANUSI PUTRI
Klik di sini untuk mendapatkan update berita terbaru dari Tempo di Google News