Jakarta (ANTARA) – Ahli Epidemiologi Universitas Indonesia Tri Yunis Miko mendesak Pemprov DKI Jakarta mengkaji ulang pelaksanaan pembelajaran tatap muka secara maksimal di tengah meningkatnya kasus Omicron.
“Alasannya karena tidak ada perbedaan antara tingkat satu dan tingkat dua dari Pembatasan Kegiatan Umum (PPKM) dalam pelaksanaan pengajaran tatap muka,” katanya di Jakarta, Selasa.
Miko mengatakan pelaksanaan personal learning sebaiknya mengikuti jenjang PPKM yang telah ditentukan dan tidak seperti sekarang, dimana belum ada adaptasi pembelajaran personal, meskipun level PPKM di Jakarta mengalami peningkatan dari level satu menjadi level dua.
Ia optimistis pelaksanaan pengajaran tatap muka akan dievaluasi dengan kapasitas 100 persen, begitu pula dengan mekanismenya.
Dia mencatat bahwa pelaksanaan pengajaran tatap muka dimungkinkan karena siswa bergiliran di kelas sambil belajar. Misalnya, setengah dari siswa akan mengikuti kelas offline selama tiga jam pertama sedangkan sisanya 50 persen akan mengikuti aktivitas selama beberapa jam ke depan, jelasnya.
Berita serupa: Jakarta memberlakukan micro-lock di tengah penyebaran Omicron
Ahli epidemiologi itu berharap, Pemprov DKI bisa mencontoh daerah lain seperti Bogor dan Depok yang memutuskan untuk menunda pemberlakuan pengajaran tatap muka dengan kapasitas 100 persen.
Sebelumnya, Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria mencatat, pihaknya tidak mengurangi kapasitas pembelajaran tatap muka, karena Jakarta telah memenuhi persyaratan pelaksanaan pembelajaran tatap muka pada kapasitas 100 persen.
“Semua tidak bisa kami putuskan sendiri. Kami juga memutuskan bersama dengan pemerintah pusat. Prinsipnya pemerintah akan memperhatikan semua pihak. Para ahli bahkan masyarakat bisa memberikan rekomendasi,” kata Patria, Senin di Balai Kota Jakarta.
Direktur Humas Biro Pendidikan DKI Jakarta Taga Radja Gah dalam kesempatan terpisah mencatat, pembelajaran tatap muka bisa berubah 100 persen jika PPKM di Jakarta membaik.
Menurut Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, jumlah kasus Omicron mencapai 407 hingga Senin 10 Januari 2022, termasuk 350 kasus impor dan 57 pasien terinfeksi virus melalui transmisi lokal.
Berita serupa: Jakarta melanjutkan pelatihan offline penuh meskipun ada ekspansi Omicron