Gugatan tersebut menuai kecaman internasional dan saat Riyadh menghadapi pengawasan baru Amerika Serikat (SEBAGAI).
Hathloul, 31, telah ditahan sejak 2018 setelah penangkapannya bersama dengan selusin aktivis hak perempuan lainnya.
Putusan itu dilaporkan oleh surat kabar Sabq dan al-Shark al-Awsat. Kalimat-kalimat ini menjadi tantangan pertama bagi hubungan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman (MBS) dengan Presiden terpilih AS Joe Biden. (Baca Juga: Putra Mahkota Arab Saudi MBS Dituding Ingin Membunuh Bos Hizbullah)
Biden selama kampanye menggambarkan Riyadh sebagai “paria” dalam catatan hak asasi manusia. (Lihat infografis: Didukung teknologi informasi, ini adalah pekerjaan yang disukai di masa depan)
“Hathloul dituduh mencoba mengubah sistem politik Saudi dan merusak keamanan nasional,” kata media lokal. (Tonton videonya: Ratusan rumah di tiga desa di Langkat terendam banjir)
“Pengadilan menangguhkan hukumannya selama dua tahun 10 bulan, yang merupakan waktu dia menjalani hukuman sejak penangkapan Hathloul pada 15 Mei 2018,” kata surat kabar itu.
Pakar hak asasi manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa menyebut tuduhan terhadapnya salah. Kelompok hak asasi manusia dan anggota parlemen di Amerika Serikat dan Eropa telah menyerukan pembebasannya.
Penahanan aktivis wanita dilakukan sesaat sebelum dan setelah kerajaan mencabut larangan mengemudi wanita. Aktivis telah lama membela kebijakan ini sebagai bagian dari reformasi yang diperkenalkan oleh Putra Mahkota Mohammed bin Salman.
Sekitar waktu ini, MBS juga mengambil tindakan tegas terhadap penentang kebijakan dan kritiknya terhadap program pemberantasan korupsi.
Hukuman Hathloul dijatuhkan hampir tiga minggu setelah pengadilan Riyadh memenjarakan dokter Saudi-Amerika Walid al-Fitaihi selama enam tahun.
Amerika Serikat mendesak Saudi untuk membebaskan Walid. Kelompok hak asasi manusia menyebut kasus itu bermotif politik.
(sya)