AKURAT.CO, Ahli epidemiologi UI Tri Yunis Miko mengatakan, efek samping penggunaan vaksin korona akan berbeda untuk setiap individu. Karena secara genetik, setiap tubuh bereaksi berbeda terhadap vaksin.
Tri mengatakan uji klinis menjadi penentu kesiapan program vaksinasi Covid-19. Studi vaksin klinis umumnya dilakukan secara bertahap. Uji klinis fase pertama dilakukan pada ratusan orang. Kemudian uji klinis fase 2 dilakukan pada ribuan orang. Fase terakhir atau fase ketiga dari uji klinis vaksin akan melewati setidaknya 10.000 orang.
“Efek obat tidak bisa ditentukan sendiri-sendiri. Di Indonesia ada suku Jawa, Batak, dan suku yang berbeda. Efeknya akan berbeda. Kalau kita bicara efektivitas, dosisnya mungkin sama untuk semua orang, tapi efek sampingnya akan berbeda. Tri kepada wartawan, Senin (26/10/2020).
Baca juga:
Perbedaan penerimaan vaksin sangat bergantung pada faktor genetik seseorang. Ia mengatakan, ada orang yang genetika rentan terhadap efek samping. Ada juga orang yang merasa sulit mengalami efek samping.
“Pokoknya, efek sampingnya sangat bervariasi. Dan itu sangat individual. Jadi jika Anda telah lulus uji klinis Fase 3, seharusnya relatif aman. Tapi tidak pasti. Jika melewati jutaan orang, apakah dia aman, “katanya.
Terkait uji coba vaksin yang akan dilakukan pemerintah Indonesia, pihaknya harus ekstra hati-hati. Pasalnya, vaksin yang dipilih pemerintah gagal dalam uji coba fase 3. Oleh karena itu, tidak perlu terburu-buru untuk melakukan langkah inokulasi massal sebelum melewati rangkaian pengujian.
“Saat ini jutaan orang belum meninggal. Untuk menjamin keselamatan rakyat Indonesia sebaiknya tidak terburu-buru,” ujarnya.
Dalam jangka pendek, pencegahan terbaik adalah dengan menerapkan protokol kesehatan 3-M, gunakan masker, cuci tangan, dan jaga jarak. Dengan cara tersebut, sejauh ini sudah cukup meredam angka positif Covid-19.[]