Presiden Indonesia Joko Widodo mengatakan pekan lalu bahwa negara akan menghentikan ekspor bijih bauksit pada akhir tahun dan melakukan hal yang sama untuk bijih tembaga pada akhir tahun depan.
Untuk meningkatkan ekonomi hilir dan ekspor produk setengah jadi dan jadi, Indonesia akan melakukannya membatasi Ekspor bahan mentah, tetapi menciptakan peluang untuk memproses bijih tersebut di dalam negeri.
Larangan ekspor bauksit dari Indonesia muncul setelah negara itu menghentikan semua ekspor bijih nikel pada awal 2020.
“Setelah uang receh [we will ban] Ekspor bauksit. Regulasi sudah final. Kami sedang menyiapkan smelter,” jelas Widodo pekan lalu.
“Ini sudah 19 bulan surplus perdagangan. Dari mana asalnya? Menghentikan ekspor nikel. Angka itu diberikan sebagai $ 20,8 miliar. Secara historis, ekspor bijih nikel setidaknya US$2 miliar per tahun, yang berarti lompatan yang sangat besar.”
Widodo mengatakan aturan itu ada karena sumber energi cadangan harus segera online, kemungkinan besar dalam bentuk sumber energi baru dan terbarukan.
“Semuanya harus dikembangkan agar (energi negara) tidak hanya bergantung pada batu bara. Indonesia memiliki potensi yang besar,” lanjut Widodo.
Pelanggan utama bijih bauksit Indonesia adalah negara-negara tetangga di Asia, termasuk Republik Rakyat Cina.