TEMPO.CO, jakarta – Duta Besar LBBP Indonesia di Dakar, Dindin Wahyudin bersama CEO Manobi Afrika Daniel Annerose dan Direktur NAM Center Diar Nurbintoro menghadiri peluncuran upacara pelatihan mekanisasi pertanian di Saint Louis, Senegal, pada 22 Agustus.
Pelatihan mekanisasi pertanian ini merupakan bagian dari rangkaian program yang dilakukan oleh Manobi Africa dan CV Karya Hidup Sentosa serta bekerjasama dengan GNB Centre.
Program tersebut menawarkan dua kegiatan, yaitu pelatihan pengelolaan padi yang diadakan di Africa Rice Center yang dibuka pada 19 Agustus dan pelatihan mekanisasi pertanian di Diama Training Center yang dibuka pada 22 Agustus.
Dalam sambutannya, Dubes Dindin mengatakan bahwa kegiatan pelatihan tersebut sejalan dengan momentum kepresidenan Indonesia di G20 dan Senegal di Uni Afrika. Oleh karena itu, perlu dimanfaatkan untuk meningkatkan kerja sama kedua negara yang selama ini menjalin hubungan sangat baik.
“Pilot project ini merupakan wadah bagi Indonesia untuk berbagi pengalaman sebagai negara yang memiliki kisah sukses dalam mengubah statusnya dari negara pengimpor beras menjadi negara swasembada beras. Selain itu, kegiatan ini juga diharapkan dapat mendukung program mekanisasi pertanian untuk mewujudkan ketahanan pangan di Senegal,” ujar Dubes Dindin.
Sama halnya dengan Indonesia, perekonomian utama Senegal ditopang oleh sektor pertanian, di mana lebih dari 60 persen masyarakat Senegal berprofesi sebagai petani. Senegal telah melaksanakan sejumlah program besar untuk meningkatkan, memperkuat dan memodernisasi basis produksi pertanian melalui kebijakan yang ditetapkan dalam Perencanaan Pembangunan Nasional untuk ketahanan pangan.
Kegiatan pelatihan dan mekanisasi pertanian di Saint Louis ini merupakan pilot project kerjasama di bidang pertanian kedua negara di masa mendatang. Inisiatif ini telah melalui beberapa tahap persiapan, antara lain identifikasi kebutuhan end user (petani), fasilitasi kerjasama B2B, kunjungan delegasi bisnis Senegal ke Indonesia, dan koordinasi dengan berbagai pemangku kepentingan di kedua negara. Tahapan tersebut diharapkan dapat menghasilkan program pelatihan yang komprehensif, berkelanjutan, dan inklusif.
SUCI SEKARWATI
Klik disini untuk mendapatkan update berita terbaru dari Tempo di Google News