Bisnis.com, JAKARTA – Kenakan masker, cuci tangan dan jaga jarak (3M) Ternyata hal tersebut tetap perlu dilakukan bahkan setelah mendapat vaksin Covid-19.
Jay Bhatt, seorang internis di Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Illinois, dan Shazia Ahmed, seorang dokter medis di Massachusetts, setuju bahwa Protokol Kesehatan (3M) adalah alat utama yang digunakan untuk mencegah infeksi dan menularkan virus. Misalnya, memakai masker wajah bisa mengurangi risiko infeksi hingga 70 persen.
Dikutip dari ABC News, Sabtu (26 Desember 2020), vaksin mengajari tubuh cara berhasil melawan virus tanpa benar-benar jatuh sakit. Ini berbeda dengan tindakan kesehatan masyarakat yang mengurangi paparan virus.
Untuk mengatasi pandemi secara efektif, setiap orang harus mengurangi paparan virus dan mendukung kampanye vaksinasi.
Di sisi lain, ada alasan untuk tetap memakai masker selama dan setelah vaksinasi (dan mengikuti pedoman keselamatan lain yang direkomendasikan). Salah satunya adalah vaksinasi tidak memberikan kekebalan instan.
Vaksin Pfizer, BioNTech, dan Moderna memerlukan dua dosis dengan jarak dua minggu. Tergantung pada vaksinnya, mungkin diperlukan waktu empat hingga enam minggu dari dosis awal untuk mencapai tingkat kekebalan dan perlindungan yang sebanding dengan yang terlihat dalam uji klinis. Selama ini, Anda masih bisa terkena infeksi dan sakit.
Selain itu, uji coba vaksin tidak mencatat apakah partisipan memakai masker. Mengingat kurangnya data, tidak jelas apakah keefektifan vaksin ada hubungannya dengan peserta studi vaksin yang mengikuti tindakan kesehatan masyarakat seperti memakai masker.
Alasan lain adalah bahwa penyedia layanan kesehatan tidak mengulangi uji klinis terkontrol. Faktor-faktor seperti penyimpanan, pengangkutan, dan pemberian vaksin dapat menentukan keefektifan vaksin.
Selain itu, ambang kekebalan kawanan untuk Covid-19 tidak diketahui. Kekebalan kelompok terjadi ketika sebagian besar populasi terpapar virus, biasanya melalui vaksinasi, dan membatasi kemampuan virus untuk menyebar.
Persentase penduduk yang membutuhkan imunisasi untuk mencapai kekebalan kelompok bervariasi menurut penyakit. Untuk campak, misalnya, 95 persen populasi harus divaksinasi untuk membatasi penyebarannya.
Mengenai Covid-19, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) AS bahkan belum menetapkan ambang batas untuk kekebalan kawanan.
Hal lain yang perlu diperhatikan, durasi imunitas tidak diketahui. Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) memerlukan data rata-rata dua bulan setelah menyelesaikan jadwal vaksinasi.
Kabar baiknya adalah bahwa sel memori sistem kekebalan yang mengidentifikasi infeksi dan meningkatkan respons kekebalan bertahan lebih lama dari enam bulan pada pasien Covid-19 tertentu.
Dalam hal penularan, saat ini belum jelas apakah vaksin akan mencegah penularan Covid-19. Dalam uji klinis mereka, baik Pfizer, BioNTech, maupun Moderna tidak melacak kasus infeksi tanpa gejala dengan Covid-19.
Artinya, kemampuan vaksin untuk mengurangi penularan tidak pernah dinilai. Penelitian di masa depan harus menilai apakah vaksinasi akan mengurangi penularan virus sebelum otoritas medis dapat menilai kembali peran tindakan kesehatan masyarakat.
Vaksin yang diuji dalam 10 bulan terakhir menawarkan tingkat keefektifan lebih dari 94 persen. Sejauh ini tidak ada hal serius yang terjadi.
Setiap orang yang memenuhi syarat harus menerima vaksin. Vaksinasi sangat mengurangi risiko penyakit, tetapi itu tidak berarti akhir dari tindakan kesehatan masyarakat seperti 3M.
“Kita harus terus mengupayakan langkah-langkah kesehatan masyarakat yang bertujuan mengurangi paparan virus corona, seperti memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak,” pungkas Bhatt dan Ahmed.
# satgascovid19 #rememberpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun
Masuk Daftar
Bisnis Indonesia bersama 3 media menggalang donasi untuk membantu tenaga medis dan warga terdampak virus Corona melalui Yayasan Lumbung Pangan Indonesia (rekening BNI: 200-5202-055).
Ayo, bantu donasi sekarang! Klik disini untuk lebih jelasnya.