jakarta Presiden Joko “Jokowi” Widodo pada hari Jumat menginstruksikan pemerintahnya untuk membelanjakan lebih banyak pada produk dalam negeri untuk kebutuhan pengadaan mereka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja, bahkan mengancam akan melakukan perombakan kabinet jika kementerian masih mengandalkan impor.
Pemerintah telah menetapkan target untuk menghabiskan Rp 400 triliun (sekitar $ 27,8 miliar) dari anggaran pengadaan untuk produk dalam negeri. Jokowi telah bertekad untuk mencapai target ini pada Mei 2022. Namun, Presiden masih memergoki pemerintahnya membeli produk impor — mulai dari CCTV, tempat tidur rumah sakit, alat pertanian, laptop, notebook, hingga pulpen.
“Tidak ada tawar-menawar bagi kami untuk mencapai target Rp 400 triliun pada Mei. Kami juga harus mendapatkan sebanyak mungkin UMKM ke e-catalogue kami. [the government’s online procurement system]” kata Jokowi pada konferensi #BanggaBuatanIndonesia (Bangga Produk Buatan Indonesia) di Bali, Jumat.
Menurut Jokowi, anggaran pemerintah pusat untuk pengadaan jasa dan barang mencapai Rp 526 triliun. Anggaran pengadaan pemerintah daerah jauh lebih tinggi Rp 535 triliun, sedangkan Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Rp 420 triliun. Jokowi menambahkan, alokasi anggaran pengadaan 40 persen untuk produk dalam negeri dapat memicu dorongan pertumbuhan ekonomi sebesar dua persen.
Presiden juga mengungkapkan belanja pemerintah untuk produk dalam negeri baru mencapai Rp 214 triliun, masih jauh dari target Mei.
“Jika kita membeli barang impor, maka penciptaan lapangan kerja akan masuk ke negara lain. […] Dengan membeli produk dalam negeri, kita bisa memacu investasi dan menghasilkan hingga 2 juta lapangan kerja. Betapa bodohnya kita jika kita tidak melakukan ini,” katanya.
Jokowi mengungkapkan kekesalan sejumlah kementerian dan lembaga pemerintah atas pembelian impor mereka. Antara lain, Kementerian Kesehatan lebih menyukai tempat tidur rumah sakit impor, meskipun produksi lokal di Yogyakarta, Bekasi, dan Tangerang.
Kementerian Pertanian juga mendapat kritikan dari Jokowi karena mengimpor traktor. Serta TNI dan Polri atas seragam dan sepatu impornya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan juga hanya menghabiskan Rp 2 triliun dari Rp 29 triliun untuk pengadaan barang, menurut Jokowi.
“Untuk apa impor laptop dan kursi kalau kita bisa memproduksi semuanya di sini,” kata Jokowi.
Dalam konferensi tersebut, Jokowi mengancam akan memberhentikan direktur utama BUMN dan merombak kabinet jika masih mengandalkan impor.
“Saya sudah suruh menteri BUMN ganti [SOE] presiden direktur [who still import]. Hal yang sama berlaku untuk kementerian. Perombakan, tapi itulah tugasku. […] Kita punya anggaran, tapi mereka bahkan tidak bisa membelanjakannya untuk produk dalam negeri,” kata Jokowi.