Jakarta (ANTARA) – Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan mengembangkan instrumen pembiayaan inovatif seperti green sukuk atau obligasi berbasis syariah untuk perlindungan dan pengelolaan lingkungan hidup.
“Selain memperkuat kebijakan fiskal melalui sektor publik, kami juga mendorong pengembangan instrumen pembiayaan yang inovatif,” kata Dirjen Pengendalian Perubahan Iklim Laksmi Dhewanthi dalam diskusi publik virtual STOCKHOLM +50, diakses dari sini, Senin.
Beberapa instrumen dan lembaga pembiayaan telah dikembangkan untuk mendukung perlindungan dan pengelolaan lingkungan seperti green sukuk dan Badan Pengelola Dana Lingkungan Hidup (BPDLH), kata Dhewanthi.
Selain itu, katanya, pendanaan lingkungan yang inovatif juga didorong oleh meningkatnya minat investor swasta dan peningkatan akses pendanaan global untuk Indonesia.
“Saat ini, masing-masing konvensi memiliki mekanisme pembiayaan dan banyak akses pendanaan global yang bisa dimanfaatkan,” kata Dhewanthi.
Selanjutnya, strategi tersebut perlu dipadukan tidak hanya oleh pemerintah tetapi juga oleh semua pemangku kepentingan, tambahnya.
Upaya pelestarian dan pengelolaan lingkungan hidup serta untuk mencapai tujuan pembangunan berkelanjutan perlu dilakukan oleh semua pihak, ujarnya.
“Semoga kita semua dapat terus berkolaborasi, bekerja sama untuk dapat mengerahkan berbagai macam sumber daya yang perlu kita manfaatkan dalam mencapai tujuan tersebut,” tambah Dhewanthi.
Pentingnya memobilisasi sumber daya untuk mendorong pembangunan berkelanjutan juga digarisbawahi oleh Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Siti Nurbaya Bakar, saat membuka diskusi.
Indonesia menjadi negara pertama di dunia yang pemerintahnya menerbitkan obligasi syariah dalam bentuk green sukuk untuk mendanai adaptasi perubahan iklim. Dunia usaha dengan CSR (corporate social responsibility) juga menggalang dukungan untuk pelestarian alam dan masyarakat,” kata Bakar.
Berita Terkait: Berbagai sumber pendanaan yang dibutuhkan untuk pengelolaan lingkungan: Kementerian
Berita Terkait: Pendanaan senilai 25 persen dari PDB untuk transisi ekonomi terbarukan
Berita Terkait: UNESCAP didesak untuk memperkuat pendanaan untuk mempercepat pencapaian SDGs