Jakarta, CNBC Indonesia – Nikmatnya liburan natal bisa memudar atau bahkan berubah menjadi kegelapan jika seseorang mengalami kerugian besar akibat strategi investasi spekulatifnya di pasar modal.
Ketika harga saham naik secara luar biasa, banyak investor, terutama pemula dengan dana kecil, cenderung tidak rasional. Mereka menganggap saham akan terus naik dan Anda bisa mendapatkannya Peningkatan nilai besar.
Cara berpikir Stonks hanya naik harus segera diganti. Karena tidak hanya menunjukkan euforia tanpa mengandalkan rasionalitas kenaikan saham yang fantastis dalam waktu singkat, tetapi juga membawa risiko yang besar. Apalagi jika saham perusahaan yang diakuisisi tidak memiliki kinerja fundamental ini terbukti.
Namun, seringkali saham-saham tersebut mengalami kenaikan yang sangat tinggi dan berbalik arah dengan koreksi yang signifikan. Investor ritel yang membeli saham-saham tersebut di atas akan menjadi korban yang paling menderita karena tidak menguntungkan tapi bingung.
Investor perlu benar-benar memahami pergerakan harga saham di pasar dengan analisis yang mendalam. Apa saja faktor yang membuat harga suatu saham naik, apakah berdasarkan rumor, berita atau hanya karena penawaran umum perdana (IPO)?
Kehati-hatian juga harus diberikan dalam memahami kinerja perusahaan yang sahamnya diperdagangkan dan prospek masa depan untuk meminimalkan kerugian baik dari segi uang nominal maupun waktu yang diinvestasikan.
Ada lima saham yang mengalami penurunan terbesar dalam perdagangan minggu yang singkat ini. Kelima saham ini telah melihat keuntungan yang fantastis sebelumnya.
Jika seorang investor atau Dealer Masuk untuk membeli saham tersebut saat harganya tinggi maka kerugian yang diderita bisa lebih dari 15% dalam hitungan hari.
Kelima saham tersebut adalah PT Trimitra Prawara Goldland Tbk (ATAP), PT Panca Mitra Multiperdana Tbk (PMMP), PT Meta Epsi Tbk (MTPS), PT Prima Cakrawala Abadi Tbk (PCAR) dan PT Island Concepts Indonesia Tbk (ICON).
Dalam kasus ATAP & PMMP, keduanya baru-baru ini melantai di bursa domestik melalui IPO. Harga kedua saham tersebut telah melayang dan kini dalam fase koreksi, seperti yang terjadi pada saham pasca penawaran perdana.
Untuk kasus MTPS, pangsa ini meningkat signifikan di awal Desember. Namun, koreksi berturut-turut terus berlanjut selama dua minggu terakhir. Sementara itu, kasus PCAR dan ICON terbang minggu lalu dan mencapai tren korektif minggu ini.
Kelima saham tersebut memiliki kemiripan yang sangat besar dari sisi kapitalisasi pasarnya yang kecil, yaitu di bawah Rp1 triliun. Selain itu, saham-saham ini dari waktu ke waktu akan menjadi tidak likuid.
Untungnya, perdagangan minggu ini hanya berlangsung selama tiga hari karena jika berlangsung hingga lima hari, seperti dalam keadaan normal, kerugian bisa mencapai hingga 30%.
Namun demikian, ini tidak berarti bahwa harga saham yang merupakan top losers akan berhenti mengoreksi atau bahkan berbalik arah saat pasar buka kembali minggu depan (melambung). Tren korektif bisa saja berlanjut sehingga yang masih memiliki saham akan lebih menderita.
Inilah pentingnya investasi rasional.
Apakah Anda ingin menjadi trader oportunistik atau investor jangka panjang, Anda masih membutuhkan pengetahuan yang luas sebelum mengambil keputusan untuk membeli saham. Jangan membeli seperti kucing dalam karung!
TIM PENELITI CNBC INDONESIA
(yang / yang)