TEMPO.CO, Jakarta – Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Indonesia Siti Nurbaya menepis kicauannya. pada topik yang sedang tren di Twitter Penggundulan hutan.
Pada Kamis 4 November, nama Siti ditampilkan di media sosial lebih dari 2.000 kali setelah dia men-tweet tentang nol deforestasi. “Pembangunan besar-besaran di era Presiden Jokowi tidak boleh dihentikan karena emisi CO2 atau deforestasi.” Tweet itu diprotes oleh orang-orang di internet dan tokoh masyarakat.
Dia menyatakan bahwa Indonesia Forestry and Other Land Uses (FoLU) Net Sink 2030 bukanlah deforestasi. Melalui FoLU Net Carbon Sink, Indonesia telah berkomitmen untuk mengendalikan emisi dari sektor hutan dan tata guna lahan guna mencapai netralitas CO2.
Siti melanjutkan, tidak ada deforestasi berarti sama sekali tidak ada penebangan pohon. Memaksa Indonesia untuk tidak mencapai deforestasi pada tahun 2030 tidak benar dan tidak adil, katanya.
Dia mencontohkan di Kalimantan dan Sumatera, jalan terputus oleh kawasan hutan. Sekarang ada lebih dari 34.000 desa di sekitar hutan. “Ketika konsepnya ‘tidak ada deforestasi’ apa artinya [constructing] Jalan tidak diperbolehkan, lalu bagaimana dengan orang-orangnya? Apakah Anda harus tetap terisolasi? Sedangkan negara harus ada untuk rakyatnya,” cuit Siti dalam cuitannya.
Salah satu akun, @Rival _ ****, mengomentari tweet Siti, mengatakan bahwa konstruksi tidak masalah. “Tapi apakah setelah ditebang akan ditanam pohon lagi? Apakah ada tindak lanjut? Mengingat masih banyak tambang di Kalimantan yang dibiarkan terbengkalai tanpa revitalisasi. Saya prihatin setelah membaca postingan Anda.”
Akun Twitter lain juga memprotes pernyataan menteri, mengatakan bahwa dia harus menghidupkan kembali lingkungan daripada membunuhnya. “Selama ini, hutan dan sungai dirusak oleh perambahan hutan dan bangunan yang menyebabkan bencana bagi manusia, seperti banjir, tanah longsor, dan perubahan iklim,” cuit @mhbmuhi ****.
Membaca: Greenpeace Indonesia mengkritik tweet menteri lingkungan tentang deforestasi
Friski Riana | Graven (dalam)