Sebuah foto yang menunjukkan kilatan cahaya hijau menyerupai komet di atas puncak Gunung Merapi di Jawa Tengah sebenarnya berasal dari hujan meteor, kata pihak berwenang.
Foto yang bergema di media sosial akhir pekan lalu itu diambil oleh fotografer bernama Gunarto yang memposting tiga foto fenomena mencengangkan di akun Instagram miliknya @gunarto_song.
“Meteor jatuh ke puncak Gunung Merapi?” Labelnya berbunyi.
Pada saat penulisan, postingan tersebut telah menerima lebih dari 23.700 suka sejak diunggah pada hari Sabtu. Gunarto mengatakan, pertama kali ingin mengabadikan pemandangan malam Gunung Merapi dari sebuah tempat bernama Batu Alien (Batu Asing), sebuah tempat di mana sebuah batu besar mendarat dari atas gunung setelah terjadi ledakan. Gunung Merapi, gunung berapi teraktif di Indonesia, terletak di perbatasan antara pemerintahan Magelang dan Sleman.
Gunarto menuturkan dirinya terpaku pada beberapa awan yang tiba-tiba muncul di puncak ketika cahaya jatuh dari langit hanya beberapa detik. Untungnya, Gunarto dan kameranya sudah siap mengabadikan momen tersebut dan belakangan memastikan bahwa foto-foto indah itu belum diedit.
Namun, yang tampak seperti pancaran cahaya adalah hasil dari teknik long exposure, di mana Gunarto menyetel kecepatan rana ke empat detik, menghasilkan cahaya memanjang di atas Merapi, seperti yang terlihat di foto viral.
“Saya menetapkan kecepatan rana ke empat detik, begitulah foto diambil [of the light] tampak panjang. Tapi cahayanya bulat, itu sangat cepat, tapi sebenarnya itu adalah cahaya bundar yang jatuh. ” Kata Gunarto.
“Ada awan di atas gunung, ada suasana cahaya jatuh yang kehijauan. Kalau benar-benar jauh, misalnya dari Merapi, kenapa suasana di sana di atas awan? “
Gunarto juga mengaku tidak mendengar suara retakan saat lampu hijau “menerpa” gunung tersebut.
Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) mengemukakan bahwa yang ditangkap Gunarto adalah dari hujan meteor. Lembaga tersebut menyatakan, ada dua hujan meteor aktif pada bulan ini, yakni Eta Aquarids (19 April – 28 Mei) dan Arietids (14 Mei – 24 Juni).
Meteor dapat muncul dalam berbagai warna saat kondisi tampilan jelas atau saat diambil dalam foto — sedangkan warna cahaya ditentukan oleh komposisi kimia yang tercipta saat mereka terbakar saat memasuki atmosfer. LAPAN mengatakan warna hijau kali ini merupakan hasil kandungan magnesium dalam meteor.
Baca juga – – Orang Indonesia “kecewa” karena dia menjual meteorit senilai Rp 26 miliar seharga Rp 200 juta
Ikuti Coconuts di Instagram dan Indonesia Untuk berita yang lebih segar dan segar di feed Anda.