Reuters
Jakarta
Sabtu, 6 November 2021
Ratusan aktivis berkumpul di jalan-jalan Jakarta pada hari Jumat mempertanyakan janji pemerintah untuk memerangi pemanasan global setelah tampaknya membatalkan janji yang dibuat pada konferensi perubahan iklim PBB yang sedang berlangsung.
Protes datang beberapa hari kemudian E.Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar mengkritik rencana global untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030 dan mengurangi emisi CO2 sebagai tidak adil dan bertentangan dengan rencana pembangunan negara.
Kelompok lingkungan memberi tahu pemerintah tentang Indonesia, yang merupakan rumah bagi sepertiga hutan hujan dunia, tampaknya tidak serius dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.
Wahyu Perdana, seorang aktivis kelompok lingkungan lokal WALHI, mengatakan Jakarta “membayar basa-basi” untuk mengatasi perubahan iklim sambil meningkatkan produksi batu bara, bahan bakar paling kotor yang menyebabkan kenaikan suhu global.
Pemerintah telah menaikkan target produksi batu bara 2021 dari target semula 550 juta ton menjadi rekor 625 juta ton, katanya.
Indonesia, penghasil emisi gas rumah kaca terbesar kedelapan di dunia, berencana untuk menghentikan pembangkit listrik tenaga batu bara secara bertahap pada tahun 2056 untuk mencapai emisi karbon nol bersih pada tahun 2060 atau lebih awal.
Juru bicara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan tidak menanggapi kritik dari kelompok lingkungan.
Para pemimpin dunia berkumpul di Glasgow minggu ini untuk pembicaraan guna menerima janji dari negara-negara untuk mengurangi emisi gas rumah kaca dan membatasi kenaikan suhu rata-rata global hingga 1,5 derajat Celcius. Melebihi ambang batas ini dapat memicu krisis iklim, kata para ilmuwan.
Greenpeace IndonesiaAktivis kehutanan Iqbal Damanik mengatakan pada protes itu bahwa IndonesiaKebijakan saat ini memungkinkan deforestasi, yang menguntungkan bisnis besar dan merusak masyarakat lokal yang tinggal di hutan.