KALABAKAN, 27 Maret — Keputusan untuk menunda pembangunan kompleks Bea Cukai, Imigrasi, Karantina, dan Keamanan (CIQS) senilai RM600 juta di Serudong di sini akan merugikan perekonomian Sabah dengan berkembangnya Nusantara di Kalimantan Timur sebagai ibu kota baru Indonesia.
Wakil Ketua Menteri Sabah Datuk Seri Bung Moktar Radin mengatakan negara bagian, terutama pantai timurnya akan menikmati manfaat ekonomi tertentu dari pembangunan, tetapi akan membutuhkan infrastruktur dasar tertentu, termasuk CIQS dan Jalan Raya Trans-Borneo, yang menghubungkan Sabah dengan Kalimantan, sudah siap. .
Untuk itu, dia mengimbau pemerintah federal untuk mencabut penundaan tersebut karena CIQS Kalabakan akan menjadi salah satu pintu masuk utama antara Sabah dan Kalimantan, yang akan memberikan peluang bagi penduduk setempat untuk meraup keuntungan ekonomi.
“Sabah sudah terlalu lama tertinggal secara ekonomi dan meskipun kami berkontribusi begitu besar ketika ada proyek bagus yang diumumkan, pemerintah menunda pelaksanaannya dengan alasan tidak memiliki alokasi.
“Alasan ini tidak bisa diterima karena CIQS akan membantu mendongkrak perekonomian Sabah dengan pemindahan ibu kota Indonesia ke Kalimantan… (penundaan) ini sangat mengejutkan karena sudah dimulai dan berjalan lancar,” katanya dalam keterangannya malam ini.
Bung Moktar mengatakan jika penundaan itu terus berlanjut maka Sabah akan terus tertinggal terutama dari segi ekonominya meskipun ada peluang untuk mengembangkan ekonominya.
Rabu lalu (23 Maret) Menteri Pekerjaan Senior Datuk Seri Fadillah Yusof dalam jawaban tertulis di DPR mengatakan bahwa CIQS Kalalabakan ditunda karena kurangnya alokasi dari Kementerian Keuangan. Ia sedang menjawab pertanyaan Ma’mun Sulaiman (Warisan-Kalabakan). — Bernama