Jakarta (ANTARA) – Partisipasi perempuan dalam proses pengambilan keputusan di lembaga politik dan publik, termasuk pemerintah dan parlemen, perlu ditingkatkan, kata Ketua Dewan Perwakilan Rakyat (DPR RI) Puan Maharani.
“Peran perempuan diperlukan karena perempuan dapat memperkaya perspektif kebijakan publik sehingga kebijakan tersebut dapat bermanfaat bagi seluruh masyarakat,” kata Maharani di Jakarta, Rabu.
Pernyataan tersebut disampaikannya pada acara “Empowering Women to Overcome Future Crises”, sebuah forum khusus untuk anggota parlemen perempuan Asia-Pasifik, yang diadakan sebelum pembukaan Kongres Tahunan ke-30 Forum Parlemen Asia-Pasifik (APPF 30) di Thailand. .
Ketua DPR mengatakan keterlibatan perempuan dalam pengambilan keputusan kebijakan publik akan menghasilkan proses yang lebih inklusif.
Menurutnya, masyarakat tidak boleh mengabaikan partisipasi perempuan dalam pembangunan global dan regional, termasuk di kawasan Asia-Pasifik.
Ia juga menyoroti berbagai tantangan kepemimpinan perempuan di beberapa belahan dunia, seperti masalah budaya dan struktural.
“Hingga saat ini, masih diperlukan perjuangan menghadapi sentimen-sentimen yang mengakar terhadap perempuan dan kebijakan-kebijakan yang tidak responsif gender,” ujarnya.
Ketua DPR juga mencontohkan aturan dalam UU No. 12 Tahun 2014 tentang Pemilihan Umum yang mengatur bahwa 30 persen kursi di DPR diisi oleh perempuan.
Ia juga mengungkapkan terjadi peningkatan jumlah anggota perempuan di DPR dari 17,3 persen menjadi 21,39 persen selama periode 2019-2024.
Menurutnya, Indonesia telah melihat peningkatan pemimpin perempuan di berbagai bidang dan terus berupaya menghasilkan kebijakan yang berpihak pada pemberdayaan perempuan.
“Perempuan telah menjadi bagian dari kepemimpinan banyak lembaga publik di Indonesia, dan mereka mewakili kemajuan perempuan di Indonesia,” katanya.
Berita Terkait: Kemendagri imbau perempuan terlibat politik
Berita Terkait: Bawaslu dorong partisipasi perempuan dalam penyelenggaraan pemilu