KUALA LUMPUR (22 Mei): Perdana Menteri Datuk Seri Ismail Sabri Yaakob berharap lingkup kerja sama antar negara Asean dapat direncanakan lebih matang sehingga Bahasa Melayu dapat dijadikan ‘lingua franca’ kembali.
Dikatakannya, hal tersebut termasuk dalam aspek penelitian, publikasi dan pembinaan bahasa Melayu.
“Bahasa Melayu memiliki keunikan dan keunggulan tersendiri, terutama di kalangan negara-negara Asean, dan dapat dijadikan salah satu bahasa resmi Asean,” ujarnya saat membuka Simposium Internasional Bahasa Melayu di Wisma Dewan Bahasa dan Pustaka. di sini hari ini.
Ismail Sabri mengatakan di tingkat Asean, integrasi penggunaan sistem ejaan dan terminologi Rumi telah dicapai melalui forum-forum seperti Dewan Bahasa Brunei-Indonesia-Malaysia (MABBIM) dan Dewan Sastra Asia Tenggara (Mastera).
Oleh karena itu, kata dia, bahasa Melayu harus dijunjung tinggi di tanah air, termasuk dengan mengamandemen UU DBP 1959 untuk memberdayakan DBP dalam melakukan penegakan hukum terhadap pelanggaran yang melibatkan penggunaan bahasa tersebut.
ISMAIL SABRI-BAHASA MELAYU 2 KUALA LUMPUR
COPE KERJASAMA ANTARA ASEAN – 2
Ismail Sabri mengatakan, peran dan tanggung jawab DBP sebagai badan yang bertanggung jawab untuk mengoordinasikan penggunaan bahasa Melayu dan sastra dan publikasi bahasa Melayu juga perlu disempurnakan agar implementasi ketentuan dalam Pasal 152 Konstitusi Federal, UU Bahasa Nasional dan undang-undang lain yang terkait dengan bahasa nasional bisa lebih efektif.
Ia juga menyatakan perlunya upaya yang tepat dilakukan untuk memperluas pengajaran dan penggunaan bahasa Melayu di lembaga pendidikan tinggi di tanah air.
Perdana menteri mengatakan Malaysia dan warganya harus memiliki identitas mereka sendiri dan membuktikan bahwa penegakan bahasa Melayu tidak menghambat kemajuan negara karena banyak negara telah mencapai status maju dengan menjunjung tinggi bahasa mereka sendiri.
Untuk itu, ia meminta Keluarga Malaysia (Malaysia Family), khususnya PNS, untuk memberikan komitmennya dalam melaksanakan upaya penegakan bahasa Melayu.
Perdana menteri menekankan pentingnya semua pihak untuk menggunakan bahasa Melayu secara luas karena ini adalah bahasa resmi pemerintah federal dan negara bagian.
Bahasa Melayu harus digunakan oleh semua departemen dan lembaga pemerintah, perusahaan terkait pemerintah (GLC) dan perusahaan swasta, katanya.
Mengutip pepatah Melayu “Di mana bumi dipijak, di situ langit dijunjung” (Bila di Roma, lakukan seperti yang dilakukan orang Romawi), Ismail Sabri mengatakan hanya dengan demikian bahasa Melayu dapat menjadi alat untuk menempa persatuan nasional.
Dia mengatakan upaya internasionalisasi bahasa Melayu telah menjadi kebijakan pemerintah dan salah satu bidang prioritas kerangka Kebijakan Luar Negeri Malaysia yang diluncurkan pada 7 Desember tahun lalu, melalui promosi diplomasi budaya.
Menurut perdana menteri, selama KTT khusus Asean-Amerika Serikat di Washington baru-baru ini, ia juga berbicara dalam bahasa Melayu, termasuk pada pembicaraan bilateral dengan negara-negara lain di KTT tersebut.
Surat-surat yang ia kirimkan kepada para pemimpin dunia juga dalam bahasa Melayu dengan terjemahan dalam bahasa Inggris, katanya.
Simposium Internalisasi Bahasa Melayu Simposium Internasional, yang diadakan mulai hari ini hingga 24 Mei, merupakan kerja sama antara Kantor Perdana Menteri dan DBP, serta Institut Dunia dan Peradaban Melayu (ATMA) dan Universiti Kebangsaan Malaysia ( UKM). – Bernama