Oleh karena itu, politisasi agama adalah pemicu utama radikalisme dan terorisme, dan itu harus dihilangkan
Jakarta (ANTARA) – Direktur Pencegahan Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Brigjen Polisi R. Ahmad Nurwahid mengingatkan politisasi agama atau penggunaan agama di arena politik dapat memicu munculnya radikalisme dan terorisme.
“Akar permasalahan radikalisme dan terorisme adalah ideologi. Pemicu utamanya adalah politisasi agama, sehingga sangat relevan dengan kegiatan seperti ini. Kita perlu membuat ikrar bersama dan menandatangani pakta integritas, agar ada Tidak ada lagi politisasi agama jelang Pilkada 2024,” kata Nurwahid dalam keterangan tertulis yang diterima di Jakarta, Sabtu.
Ia mengatakan bahwa agama adalah petunjuk Tuhan, sehingga harus menjadi sumber inspirasi yang bermanfaat bagi semua pihak.
“Oleh karena itu, politisasi agama menjadi pemicu utama radikalisme dan terorisme, dan itu harus dihilangkan,” kata Nurwahid saat berbicara pada Diskusi Publik 2022 bertema “Melawan Kelompok Radikal Dalam Dinamika Politik Indonesia Menjelang Pemilu 2024,” yang diselenggarakan oleh Yayasan Tri Bhakti Pratista di Advocafe, Purwokerto, Jumat.
Lebih lanjut ia menjelaskan bahwa Indonesia adalah negara yang beragam dan juga memiliki potensi konflik yang sangat besar. Oleh karena itu, ia mengimbau masyarakat Indonesia untuk berhati-hati dan tidak mudah dipolitisasi.
“Negara kita memiliki potensi konflik terbesar di dunia. Di Arab hanya ada beberapa suku dan suku. Mereka terbagi menjadi berbagai negara. Di bangsa Indonesia, kita memiliki lebih dari 1.300 suku yang tersebar di lebih dari 17 pulau seribu.Indonesia juga memiliki enam agama dan begitu banyak sekte, dan semuanya bersatu dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).Bayangkan seberapa besar potensi konflik yang bisa terjadi.Oleh karena itu,kita harus berhati-hati,dan kita harus menjaganya,” katanya.
Mantan Kapolres Gianyar itu juga menegaskan, masyarakat harus memerangi radikalisme dan politisasi agama, karena merupakan salah satu penyebab konflik tidak hanya di Indonesia tetapi juga secara global.
“Mari kita agungkan dan lawan radikalisme karena inilah penyebab konflik yang ada. Berdasarkan penelitian kami, pola konflik di negara-negara Muslim dimulai dengan radikalisme masif dan kemudian banyak orang bergabung dengan kelompok anti pemerintah. Intervensi asing juga dapat memicu konflik. seperti di Suriah dan negara-negara lain,” ujarnya.
Nurwahid menjelaskan, dalam hal ini Pancasila berperan dalam pemersatu bangsa, karena dasar negara yang dirumuskan oleh para founding fathers terbukti mampu mempersatukan bangsa Indonesia dan menjawab berbagai tantangan yang sebelumnya dapat memecah belah bangsa.
“Pancasila adalah dasar pemersatu bangsa. Untungnya, kita memiliki Pancasila yang dirumuskan oleh para founding fathers bangsa kita. Itu sudah terbukti, dimulai dengan banyaknya pemberontakan yang berujung pada peristiwa G30S di masa Orde Baru. Sekarang bangsa kita masih bisa bersatu, berkat Pancasila,” katanya.
Berita Terkait: BNPT ajak partisipasi nasional dalam upaya melawan radikalisme
Berita Terkait: Persatuan global penting untuk memerangi terorisme, radikalisme: kepala BNPT
Berita Terkait: Membangun pemahaman tentang keragaman dapat mencegah radikalisme: legislator