Kami berutang banyak pada (penggunaan) skrip pegon
Jakarta (ANTARA) – Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas menyarankan agar pegon aksara—aksara Arab yang dimodifikasi yang digunakan dalam bahasa Jawa, Sunda, dan Madura—distandarisasi dan didigitalkan agar dapat dilestarikan.
“Kami berutang banyak pada (penggunaan) pegon naskah. Mungkin kita tidak akan bisa memeluk Islam di nusantara (Indonesia) jika tidak ada pegon naskah sebagai media penyebaran (Islam)-nya,” katanya saat membuka “Kongres Naskah Pegon” di Jakarta, Jumat.
Aksara tersebut dianggap sangat penting, terutama karena sejumlah catatan sejarah tentang penyebaran Islam di Indonesia tertulis di dalamnya.
Misalnya, karya sastra (lokal disebut suluk) Sunan Bonang—salah satu dari sembilan ahli Islam terkemuka yang berperan besar dalam menyebarkan agama di Indonesia—ditulis dalam pegon naskah, kata menteri.
Contoh lain dari karya tentang studi Islam di pegon naskah adalah Kitab Al-Ibriz lainnya Al-Tarjamah Al-Munbalajah.
Buku-buku tersebut masing-masing ditulis oleh Kyai Haji (KH) Bisri Mustofa dan KH Sahal Mahfudz, kata Qoumas.
“Banyak buku yang berguna untuk (membangun) peradaban Islam (di Indonesia), ditulis di pegon naskah,” tambahnya.
itu pegon skrip juga digunakan untuk korespondensi, katanya.
“Sebelumnya, raja-raja (di berbagai daerah di Indonesia) menggunakan pegon aksara untuk berkomunikasi dengan raja lain, sehingga penjajah tidak bisa membaca (huruf). Dengan demikian, pegon naskah menjadi taktik yang sangat (penting) untuk mengelabui penjajah,” katanya.
Script juga digunakan untuk menulis Kitab Mujarobatsebuah kitab berisi berbagai do’a, tambahnya.
“Saya berharap itu (kongres) tidak hanya akan menstandarisasi (the pegon skrip), tetapi kongres ini juga akan memulai digitalisasi pegon naskah,” katanya.
Aksara perlu didigitalisasi agar bisa dilestarikan sebagai kekayaan budaya negara, jelasnya.
Kongres Aksara Pegon digagas Kementerian Agama sebagai bagian dari peringatan Hari Santri 2022 yang diperingati setiap tanggal 22 Oktober.
Berita Terkait: Solusi berbasis budaya diperlukan untuk membuat skenario pemulihan berkelanjutan
Berita Terkait: PANDI akan mendaftarkan aksara Kawi ke BSN untuk melestarikan cagar budaya