TEMPO.CO, Jakarta – – Ketua United Liberation Movement untuk Papua Barat (ULMWP), Benny Wenda, menanggapi tuduhan yang tidak berdasar atas tuduhan Badan Rahasia Indonesia (BIN) terhadap kelompok separatis.
Intelijen Indonesia belum lama ini mengumumkan bahwa Benny akan menggunakan Pertandingan Nasional (PON XX) di Papua untuk menciptakan ketidakstabilan dan menarik perhatian dunia internasional.
“Kami tidak tertarik dengan lelucon dan tipu daya yang disebarkan oleh dinas rahasia Indonesia,” tulis Benny waktuyang diteruskan oleh sekretarisnya pada tanggal 27 Mei.
Pensiunan jenderal intelijen Teddy Lhaksmana Widya Kusuma sebelumnya menuding separatis menggunakan dinamika PON untuk menciptakan ketidakstabilan. Kusuma secara spesifik menyebut dua nama besar, Veronica Koman dan Benny Wenda.
Benny menyerang elit Indonesia yang dia yakini menimbulkan ketidakadilan di Papua dan bahwa selama tiga tahun terakhir 21.000 penjaga keamanan telah dimobilisasi dalam serangkaian operasi militer di daerah tersebut untuk melindungi bisnis di sana.
Ia yakin militer Indonesia telah menjalankan banyak bisnis di Papua, perusahaan kelapa sawit yang merusak hutan milik penduduk asli Papua. Benny juga menuding pemerintah Indonesia dan Freeport mencuri tembaga dan emas dari Papua.
“Dari mana datangnya uang untuk membiayai ini? Dari Papua Barat, ”ujarnya. “Indonesia adalah negara mafia.”
Benny Wenda bersikukuh bahwa Indonesia telah menduduki Papua secara ilegal sejak tahun 1963, menjadikan wilayah tersebut harta karun bagi pasukan keamanan Indonesia. Ia menuding pemerintah Indonesia apatis terhadap pelanggaran HAM terhadap masyarakat adat Papua dan lebih peduli terhadap sumber daya alam di wilayah tersebut.
Baca baca: Ulangi sejarah di Papua
BUDIARTI UTAMI PUTRI