Yogyakarta, Beritasatu.com – Pakar kesehatan dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta mengungkap virus varian baru korona dikenal sebagai VUI 202012/01 atau varian yang diperiksa, Tahun 2020, bulan 12, varian 01.
Mutasi varian virus baru korona Itu ditemukan di Inggris dan telah menyebar ke Singapura. Virus baru korona Ini dikatakan menyebar lebih cepat daripada virus korona Sebelumnya.
Kelompok Kerja Genetik (Pokja) Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FK-KMK) UGM merilis pernyataan pada Sabtu (26 Desember 2020) bahwa virus ini terdiri dari sejumlah mutasi, termasuk sembilan mutasi pada Protein S, yaitu penghapusan 69-70, penghapusan 145, N501Y, A570D, D614G, P681H, T716I, S982A, D1118H.
Ketua Kelompok Kerja Genetik (FKKMK) UGM, Dr. Dr. Gunadi menjelaskan varian baru (501.V2) juga ditemukan secara signifikan pada kasus Covid-19 di Afrika Selatan, yakni kombinasi tiga mutasi pada protein S: K417N, E484K, N501Y.
Menurutnya, dari sembilan mutasi pada VUI 202012/01, terdapat satu mutasi yang diyakini paling berpengaruh, yaitu mutasi virus N501Y, karena mutasi N501Y terletak di S-protein receptor binding domain (RBD). Sedangkan RBD merupakan bagian dari protein S yang berikatan langsung dengan reseptor ACE2 untuk sel manusia yang terinfeksi.
Gunadi mengatakan mutasi ini akan meningkatkan penularan dari manusia ke manusia hingga 70%. Namun, mutasi ini tidak terbukti lebih berbahaya atau berbahaya. Demikian pula, mutasi ini belum terbukti memengaruhi keefektifan vaksin Covid-19 saat ini.
Sejauh ini varian VUI 202012/01 telah ditemukan di 1,2% virus Database GISAID, 99% dari varian ini ditemukan di Inggris Raya serta Irlandia, Prancis, Belanda, Denmark, dan Australia. Sedangkan di Asia paling akhir ditemukan di Singapura, Hongkong dan Israel.
Gunadi mengatakan, untuk mendeteksi mutasi virus ini, Test mengepel PCR dapat digunakan dengan mendeteksi kombinasi beberapa gen pada virus korona. Namun, terdiri dari varian baru beberapa Mutasi pada Protein S, oleh karena itu gen S tidak boleh digunakan saat mendiagnosis Covid-19, karena hal ini dapat menyebabkan hasil negatif palsu.
Selain itu, peran surveilans genomik (Mengurutkan seluruh genom) Virus korona menjadi sangat penting dalam mengidentifikasi mutasi baru. Misalnya dengan pelacakan (Menelusuri) asal mula virus dan isolasi pasien sehingga penyebaran virus corona baru dapat dicegah lebih lanjut.
Namun, masyarakat tidak perlu panik. Tetap waspada dan selalu terapkan protokol kesehatan untuk mencegah penularan virus korona.
Sebelumnya, September lalu, Dr. Gunadi juga berkontribusi pada pengembangan mutasi D614G dalam sekuensing genom penuh (WGS) terhadap empat isolat dari Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Mutasi D614G pada virus SARS-CoV-2 yang sepuluh kali lipat lebih menular, sering terjadi hampir di seluruh belahan dunia, yaitu 77,5% dari 92.090 isolat yang mengandung mutasi D614G.
Di Indonesia, sembilan dari 24 isolat yang diterbitkan di GISAID dilaporkan mengandung mutasi D614G dan sepertiga ditemukan di Yogyakarta dan Jawa Tengah.
Sumber: BeritaSatu.com