Jakarta. Sebagian besar dari 308 petugas kesehatan di Kudus, Jawa Timur yang divaksinasi dengan vaksin coronavac dari Sinovac, sebuah kabupaten yang baru-baru ini dilanda varian delta coronavirus baru, pulih dari penyakit minggu lalu mendorong indikasi bagaimana tarif vaksin buatan China terhadap varian menular lainnya.
Badai Ismoyo, Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Kudus, mengatakan pemberian vaksin Covid-19 kepada tenaga kesehatan di daerah itu terbukti efektif melindungi mereka dari kondisi terburuk.
“Hari ini, 90 persen petugas kesehatan yang melakukan isolasi mandiri dapat kembali bekerja dan melayani masyarakat,” kata Badai dalam sebuah pernyataan, Jumat.
“Ini adalah berita yang menggembirakan. Selain itu, juga menunjukkan bahwa vaksin yang diberikan kepada mereka benar-benar efektif dalam melindungi dari kondisi terburuk,” ujarnya.
Pada 6 Juni lalu, 308 tenaga kesehatan di Kudus dinyatakan positif Covid-19 setelah merawat pasien penyakit tersebut di daerah tersebut.
Penyebaran Covid-19 di Kudus yang begitu cepat dan masif membuat para pejabat kesehatan menduga ada varian virus baru yang lebih menular masuk ke wilayah tersebut yang dibawa dari luar negeri oleh para pekerja migran Indonesia.
Pengurutan gen oleh Universitas Gajah Mada membenarkan dugaan tersebut. Universitas pekan lalu mengurutkan 34 sampel virus dari distrik tersebut dan menemukan 28 di antaranya adalah varian Delta, mutasi SARS-CoV2 yang pertama kali ditemukan di India.
Namun, pejabat kesehatan mempercayai penyebaran virus yang terbatas di antara petugas kesehatan yang divaksinasi dan pemulihan yang cepat dari dua orang yang tertular virus.
Badai mengatakan, sebagian besar petugas kesehatan di daerah itu menerima vaksin Covid-19 selama program vaksinasi, yang dimulai pada Januari-Maret 2021. Wilayah tersebut menggunakan vaksin Sinovac-Covavac, yang sejauh ini masih menyumbang lebih dari 89 persen vaksin Indonesia.
Hingga 17 Juni, 6.085 tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan di Kudus telah divaksinasi dengan dosis pertama dan 5.888 orang telah menerima vaksin kedua.
“Hampir 100 persen tenaga kesehatan di Kudus, sekitar 6.000 orang, mendapat vaksinasi pertama dan kedua,” kata Badai.
“Dari jumlah tersebut, baru 308 tenaga kesehatan yang terpapar atau sekitar 5,1 persen dari total jumlah tenaga kesehatan. Sebagian besar sudah sembuh dan kembali bekerja,” ujarnya.
Abdul Aziz Achyar, direktur di Kudus’ dr. Menurut RSUD Loekmono Hadi, total ada 153 tenaga kesehatan yang terkonfirmasi positif Covid-19 di rumah sakit tersebut. Hanya 11 orang atau 7,1 persen yang harus dirawat di rumah sakit. 86 lainnya (56 persen) dulunya berada dalam isolasi diri tetapi sekarang siap bekerja setelah rekan-rekan mereka yang lain sebelumnya pulih.
Untuk menahan lonjakan Covid-19 di Kudu, Kementerian Kesehatan telah memangkas 50.000 dosis vaksin Covid-19 untuk mempercepat cakupan vaksinasi di daerah tersebut.
“Untuk saat ini, vaksinasi massal di Kudus kita gencarkan agar penularan Covid-19 bisa dihambat nanti,” kata HM Hartopo, Bupati Kudus.
Hardtop mengatakan lonjakan kasus Covid-19 dimulai dengan kembalinya para migran yang kembali ke Kudus.
“Kita perlu memberi tahu orang-orang bahwa orang tidak boleh mengabaikan protokol kesehatan meskipun mereka telah divaksinasi. Vaksinasi itu sendiri sebenarnya hanya sarana untuk meningkatkan kekebalan. Sehingga tidak ada gejala yang parah saat terpapar Covid-19,” ujarnya.