JAKARTA, KOMPAS.com – Indonesia merupakan salah satu negara penghasil beras terbesar di dunia. Nasi sendiri sudah menjadi makanan pokok yang dominan dari Sabang hingga Merauke, terutama sejak era Presiden Soeharto.
Namun, seiring kebutuhan mereka yang terus bertambah seiring bertambahnya jumlah penduduk dan lahan pertanian yang terus menyusut, Indonesia terkadang terpaksa mengimpor beras dari negara tetangga.
Mengutip data taksiran atau ramalan yang dipublikasikan Badan Pusat Statistik (BPS), produksi beras giling padi mencapai 17,51 juta ton di seluruh Indonesia dari Januari hingga Mei 2021.
Konsumsi beras pada periode yang sama sebesar 12,33 juta ton. BPS juga menemukan persediaan beras negara itu mencapai 7,38 juta ton pada akhir Desember 2020.
Baca juga: Mengingat janji Jokowi untuk menolak impor beras saat pemilihan presiden
Jumlah produksi padi dihitung berdasarkan total hasil berupa gabah kering gabah (GKG). GKG merupakan butiran beras yang memiliki kadar air maksimal 14 persen atau telah melalui proses pengeringan.
BPS sendiri saat ini menetapkan standar konversi hasil 62 persen. Artinya sekitar 62 kg beras dapat diproduksi dari 100 kg GKG setelah digiling.
Berikut 7 wilayah penghasil beras terbesar di Indonesia Versi BPS:
1. Jawa Timur
Jawa Timur atau Jawa Timur dinobatkan daerah penanaman padi terbesar di Indonesia. Jumlah GKG yang diproduksi di Jawa Timur dari Januari hingga April 2020 mencapai 4,20 juta ton.
Baca juga: Menteri Pertanian SYL tidak bisa menolak impor beras dan meminta maaf kepada DPR
Menurut ramalan Januari-April 2021, jumlah gabah kering giling yang dihasilkan provinsi ini diperkirakan 4,98 juta ton.
2. Jawa Tengah
propinsi penghasil beras terbesar di Indonesia di tempat kedua adalah Jawa Tengah atau Jawa Tengah. Selama bertahun-tahun, provinsi ini juga menduduki peringkat pertama di wilayahnya penghasil beras terbesar di Indonesia sebelum mereka diusir oleh Jawa Timur.
Produksi beras GKG di Jawa Tengah periode Januari hingga April 2020 sebesar 4,10 juta ton. Perkiraan bulan Januari hingga April 2021 sebesar 4,81 juta ton.
3. Jawa Barat
Daerah penghasil beras terbesar ketiga di Indonesia berlangganan Jawa Barat atau Jawa Barat. Selain produksinya yang besar, Jawa Barat juga dikenal sebagai penghasil beras kualitas terbaik di Indonesia.
Baca juga: Banyak orang melakukan diet keto. Mengapa pemerintah tetap mengimpor beras?
Sepanjang Januari hingga April 2020, BPS mencatat produksi GKG Jabar sebesar 2,54 juta ton. Perkiraan bulan Januari hingga April 2021 sebesar 3,79 juta ton.
4. Sulawesi Selatan
Sulawesi Selatan telah menjadi provinsi penghasil beras terbesar di Indonesia di luar Jawa selama beberapa tahun. Sulses juga merupakan sarana penyimpanan beras untuk mendukung provinsi lain di kawasan timur Indonesia.
Berdasarkan data produksi beras Januari hingga April 2020, total GKG yang dihasilkan petani di Sulawesi Selatan sebesar 1,18 juta ton, dan perkiraan GKG Januari hingga April 2021 sebesar 2,03 juta ton.
5. Lampung
Lampung merupakan penghasil beras terbesar kelima di Indonesia atau penghasil biji-bijian terbesar di pulau Sumatera. Soal persawahan, Lampung cukup dominan.
Baca juga: Soal impor beras, Menteri Pertanian: ini baru wacana
Menurut BPS, produksi GKG di Lampung mencapai 839,1 ribu ton dari Januari hingga April 2020. Perkiraan untuk Januari hingga April 2021 sebesar 1,35 juta ton.
6. Sumatera Selatan
Selain Lampung, Sumatera Selatan atau Sumatera Selatan merupakan provinsi penyimpanan beras terbesar kedua di Sumatera. Di era Orde Baru, banyak sawah yang dibuka untuk program transmigrasi.
Rendemen GKG gabah di Sumatera Selatan pada periode Januari-April 2020 sebesar 1,27 juta ton, sedangkan proyeksi Januari-April 2021 sebesar 1,33 juta ton atau sedikit lebih rendah dibandingkan Lampung.
7. Sumatera Utara
Di urutan ketujuh ada Sumatera Utara atau Sumatera Utara sebagai provinsi penghasil beras terbesar di Indonesia.
Total panen GKG Januari-April 2020 di Sumut 847 ribu ton. Sedangkan perkiraan jumlah atau prakiraan untuk Januari hingga April 2021 adalah 954 ribu ton.
Baca juga: Jokowi berjanji tolak impor beras sejak Nyapres 2014, realisasinya?