Mempelajari dan menjelajahi luasnya alam semesta terkadang menimbulkan perdebatan ilmiah di kalangan ilmuwan dan akademisi. Dengan banyaknya misteri dan luasnya alam semesta, tidak semua jawaban atau teori ilmiah bisa menjawab hal-hal yang masih menjadi pertanyaan.
Nah, jika Anda termasuk orang yang gemar belajar astronomi dan penasaran dengan alam semesta, tidak ada ruginya menyimak artikel ini secara lengkap. Itulah beberapa fakta ilmiah tentang rahasia alam semesta yang masih menjadi perdebatan. Ada apa?
1. Tidak semua ilmuwan setuju Dentuman Besar
Dentuman Besar atau Big Bang adalah teori pembentukan alam semesta yang awalnya dikembangkan oleh seorang ilmuwan, fisikawan, dan religius Eropa bernama Georges Lemaitre antara tahun 1927 dan 1930. Ilmuwan Belgia memiliki gagasan bahwa alam semesta mengembang dan perkembangannya harus dapat diamati.
Hipotesisnya menyimpulkan bahwa awal pembentukan alam semesta terjadi dalam skala masif melalui penggunaan energi yang sangat besar. Pandangan ini dikenal sebagai Dentuman Besar atau ledakan besar. Proses ledakan dahsyat dapat mengeluarkan partikel dalam jumlah yang hampir tak terbatas. Partikel-partikel ini bisa menjadi “modal” awal pembentukan alam semesta.
NASA sebagai badan antariksa Amerika pun telah mengkonfirmasi hal ini Dentuman Besar Ini. Menurut pengamatan dengan Teleskop Luar Angkasa Hubble, alam semesta mengembang. Jarak antara bintang dan benda langit lainnya semakin menjauh dari waktu ke waktu.
Namun ternyata tidak semua ilmuwan setuju dengan teori ini. Bahkan, beberapa dari mereka mencoba menghancurkan teori tersebut Dentuman Besar karena dianggap terlalu religius di dalamnya seperti yang tertera di halaman astronomi. Maklum, Georges Lemaitre adalah penggagas teori tersebut Dentuman Besar juga dikenal sebagai pendeta yang cukup terkenal di gereja-gereja Eropa pada masanya.
Beberapa ilmuwan yang mencoba menumbangkan teori big bang percaya bahwa alam semesta itu statis atau dalam keadaan konstan. Ide ini memunculkan hipotesis baru bahwa permulaan alam semesta tidak memiliki awal dan akhir. Mereka berasumsi bahwa perubahan dalam pengamatan hanya dapat terjadi dalam batas tertentu tanpa alam semesta mengembang.
Menurut data terbaru dari berbagai badan antariksa, kesimpulannya jelas bahwa alam semesta terus mengembang. Jadi sepertinya tidak mudah untuk menjatuhkan teori Dentuman Besar ketika teori baru tidak disertai dengan bukti empiris yang valid. Bagaimana menurut anda?
2. Melalui teori relativitas, Einstein mengklaim bahwa hukum fisika akan berlaku sama di seluruh alam semesta
Seorang ilmuwan hebat bernama Albert Einstein mengemukakan teori hebat yang dikenal sebagai teori relativitas. Secara sederhana, teori tersebut menekankan penerapan hukum fisika ke alam semesta. Menurut Einstein, hukum fisika berlaku sama di mana saja dan kapan saja, bahkan saat Anda berada di ujung alam semesta.
Misalnya, rumus gravitasi sebagai konsep gaya tarik tidak akan berubah meskipun kita berada di planet lain. Pada dasarnya, semakin besar massa suatu benda, semakin kuat gaya gravitasinya. Sejauh ini, semua bukti empiris sebenarnya telah mengkonfirmasi teori relativitas Einstein.
Namun, jika kita menerima dan bertanya, apakah Einstein tidak pernah pergi ke ujung alam semesta? Bisakah hukum fisika yang ada di suatu tempat yang jauh di alam semesta dianggap sama dengan hukum fisika di Bumi? Faktanya, teori besar seperti relativitas masih diperdebatkan oleh beberapa ilmuwan.
Bukan tanpa alasan bahwa teori relativitas memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap keberadaan alam semesta. Tidak main-main, sebagian orang yang mempertanyakan teori relativitas adalah ilmuwan dan profesor yang sangat jago fisika seperti yang disebutkan di jurnal. Universitas California (UCLA).
Profesor Andrea Ghez, juga seorang astronom dan fisikawan senior dari Los Angeles, AS, menjelaskan bahwa teori relativitas masih dianggap benar hingga saat ini. Namun, dia meragukan apakah teori ini akan bertahan atau runtuh di masa depan. Alasannya, masih banyak celah untuk membahas teori relativitas.
Andrea Ghez dan timnya juga sedang melakukan studi mendetail tentang bagaimana gravitasi dapat terjadi secara masif di suatu area lubang hitam lubang hitam. Diduga, besarnya gravitasi lubang hitam harus dibuktikan dengan besarnya massa yang seharusnya terlihat dengan teleskop Hubble.
Riset dan kajian empiris yang dilakukan oleh Andrea Ghez membuka babak baru tentang bukti terbuka teori relativitas. Jika suatu saat ternyata alam semesta tidak didasarkan pada teori relativitas, maka teori Einstein pasti jatuh dan digantikan oleh teori baru yang lebih valid.
Baca terus artikel berikut ini
Favorit editor
3. Bagaimana dengan ruang dan waktu di alam semesta?
Pembahasan tentang ruang dan waktu di alam semesta tidak akan pernah menemukan titik temu. Faktanya, hal ini telah dibahas oleh dua ilmuwan besar, Isaac Newton dan Albert Einstein. Menurut Newton, ruang dan waktu dipisahkan. Sementara itu, Einstein mengemukakan bahwa ruang dan waktu adalah satu kesatuan.
Mana yang benar? Keduanya bisa jadi benar, tergantung di mana ruang dan waktu berada. Namun, jika keduanya benar, teori relativitas akan gagal dengan sendirinya, karena teori relativitas mengasumsikan bahwa hukum fisika selalu sama di mana-mana.
Ditulis dalam Museum Sejarah Alam AmerikaEinstein sebenarnya setuju dengan Newton tentang ruang, yang dapat diukur dari segi panjang, lebar, dan tinggi. Ruang juga bisa berisi materi dan juga bisa berisi kekosongan (non-materi). Namun, jika pembahasannya bersinggungan dengan gravitasi, kedua ilmuwan tersebut tampak berselisih.
Newton percaya bahwa ruang dan alam semesta tidak dipengaruhi oleh materi atau benda fisik di alam semesta itu sendiri. Bagi Newton, gravitasi tidak dapat mempengaruhi keberadaan ruang dan waktu. Sementara itu, Einstein justru berpikir sebaliknya. Einstein percaya bahwa gravitasi dapat membelokkan ruang dan waktu.
Melalui teori relativitas khususnya, Einstein mengemukakan bahwa waktu adalah dimensi keempat di alam semesta. Jika waktu dipandang sebagai dimensi, ia juga dapat dimanipulasi atau dibelokkan dengan menggunakan gravitasi ini. Oleh karena itu, waktu antara Bumi dan Planet X, misalnya, bersifat relatif. Hal ini dikarenakan massa Bumi berbeda dengan massa Planet X, sehingga menimbulkan gaya gravitasi yang berbeda pula.
Anda dapat membayangkan bahwa pandangan yang berbeda dari dua ilmuwan besar dapat berdampak besar pada sains. Bagaimana reaksi ilmuwan modern? Banyak ilmuwan yang menyatakan bahwa keduanya benar dan masih bisa dijadikan patokan atau standar untuk studi sains.
4. Banyak ilmuwan masih memiliki bukti empiris
Ada banyak bukti empiris yang menjadi dasar studi dan penelitian para sarjana tentang alam semesta. Beberapa di antaranya bahkan didapat langsung dari luar angkasa melalui eksplorasi astronot di luar bumi. Teknologi saat ini dapat memberikan sedikit petunjuk tentang alam semesta itu sendiri, meskipun masih sangat sedikit dibandingkan dengan luasnya alam semesta.
Salah satu bukti yang memperkuat teori tersebut Dentuman Besar adalah pengamatan NASA yang dilakukan dengan gambar teleskop luar angkasa. Faktanya, sejauh ini para ilmuwan telah menemukan empat gaya (gaya) fundamental yang menyusun alam semesta, yaitu gaya gravitasi, gaya nuklir kuat, gaya nuklir lemah, dan gaya elektromagnetik.
Sejumlah kecil ilmuwan juga mengklaim telah menemukan Kekuatan Fundamental ke-5. Namun, hasil ini telah dibantah oleh mayoritas ilmuwan lain. Pada dasarnya, bukti empiris tentang alam semesta masih terus dicari dan diteliti. Pada dasarnya alam semesta adalah ruang tanpa batas yang akan sulit untuk dipahami sepenuhnya.
5. Pendapat ilmiah tentang alam semesta memang akan sangat luas, seluas alam semesta itu sendiri
Alam semesta merupakan wadah untuk berbagai jenis materi fisik dan non fisik yang ada. Areanya hampir tidak terbatas. Diperkirakan kecepatan cahaya yang mencapai 300.000 km per detik hanya dapat melintasi alam semesta selama sepuluh hingga sepuluh miliar tahun.
Di tata surya ada bintang besar dan beberapa planet. Di dalam galaksi ada milyaran tata surya, nebula, bintang, dan lubang hitam. Mungkin ada miliaran galaksi di alam semesta sekarang. Artinya, bila alam semesta hanya satu (tunggal). Bagaimana jika ada banyak alam semesta? Konsep ini disebut Multiverse dan masih menjadi perdebatan di kalangan akademisi.
BegituSepertinya perdebatan tentang alam semesta tidak akan pernah berakhir. Pandangan ilmiah tentang alam semesta tentu sangat beragam dan luas, seluas alam semesta itu sendiri Manusia hanya bisa menjadi salah satu organisme yang bertahan di alam semesta yang, seperti organisme lain yang jauh, belajar, jika ada, tentang alam semesta.
Inilah beberapa fakta alam semesta yang masih menjadi perdebatan di kalangan akademisi. Bagaimana menurut anda? Apakah Anda juga memiliki pandangan ilmiah tentang alam semesta?
Komunitas IDN Times merupakan media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua pekerjaan tertulis adalah tanggung jawab penulis.