TEMPO.CO, Jakarta – Guru Besar Biologi Molekuler Herawati Sudoyo mengatakan penyebab mutasi Virus corona Covid-19 lebih mudah menginfeksi sel. Namun, menurutnya transisi itu berbeda di setiap wilayah dunia, mulai dari Eropa, Amerika Utara, Oceania dan Asia.
Herawati yang juga sebagai wakil ketua Institut Biologi Molekuler Eijkman Bidang penelitian dasar mengungkapkan hal tersebut dalam pidato akademis bertajuk “Peran penelitian COVID-19 dalam Indonesia Maju”. Pidato disampaikan pada Memorial Lecture XX Sarwono Prawirohardjo yang berpuncak pada rangkaian acara peringatan HUT ke-53 Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) pada Jumat, 28 Agustus 2020.
Herawati mengatakan Badan Kesehatan Dunia (WHO) telah membagi SARS-CoV-2, virus corona penyebab Covid-19, menjadi tujuh jenis atau varian atau klade. Mereka adalah S, V, L, G, GH, GR, dan O (lainnya). GH adalah yang paling agresif, katanya.
Herawati mengatakan, sebaran clades di Asia, termasuk Indonesia, sangat bervariasi. Belum jelas apa yang menyebabkan variasi ini dan apakah mungkin lingkungan atau sel inang berpengaruh. “Memang banyak yang belum diketahui tentang virus ini dan perlu penelitian lebih lanjut,” katanya.
Di sini, lanjutnya, peran penting data SARS-CoV-2 dalam mengurutkan seluruh genom berperan penting. Ini tentang mutasi dan perubahan protein lonjakan virus. “Untuk itu,” pengurutan genom keseluruhan “virus SARS-CoV-2 masih dilakukan di Indonesia,” katanya.
Secara terpisah dalam konferensi pers virtual LIPIAmin Soebandrio, Kepala Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, mengatakan mutasi D614G teridentifikasi pada virus corona Covid-19 di Indonesia. Mutasi yang melahirkan varian G telah terbukti meningkatkan kemampuan virus untuk menginfeksi sel sepuluh kali lipat dan sekarang mendominasi kasus Covid-19 di dunia.
Informasi lebih detail datang dari peneliti Pusat Penelitian Bioteknologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Vienna Kusharyoto. Ia mengatakan, tim LIPI menemukan mutasi virus tepat di seluruh sekuensing genom sampel virus dari pasien di Jakarta dan Tangerang.
Baca juga:
Virus Corona Covid-19 di Eropa tidak lagi begitu mematikan di awal pandemi
Wina mengatakan, bukan hanya dua, tetapi total delapan galur virus mutasi yang sama asal Indonesia sudah dilaporkan ke database internasional. Mereka dipresentasikan ke Basidata oleh tim dari Yogyakarta (2), Bandung (2) dan Surabaya (2).
Bahkan sampel dari Surabaya, tepatnya Universitas Airlangga, dilacak itu sudah diajukan sejak April lalu. “Artinya sudah cukup lama dan sekarang semakin banyak ditemukan,” kata Wina kepada Tempo.co.