JAKARTA, KOMPAS.com – Michel Hamilton, Chief Strategy Transformation & Digital Officer Maybank Indonesia, mengatakan ada beberapa peluang bagi peretas (peretas) untuk mencuri data pelanggan.
Menurut Michel, hal tersebut saat ini menjadi tantangan bagi Maybank Indonesia. Keamanan harus ditingkatkan, juga di aplikasi M2U.
Para peretas memiliki pola yang berbeda, mulai dari bekerja atas nama bank hingga mencuri data pelanggan melalui teknologi keuangan (Fintech).
Baca juga: Kunjungan dari turis asing masih sepi, Luhut: tidak masalah …
“Apa polanya? Seperti beberapa yang telah kita lihat. Ada situs web upaya palsu atas nama situs web secara resmi Bank, tapi ternyata tidak, “ujarnya dalam webinar virtual, Jumat (9 November 2020).
“Lalu dengan) Malware di setiap laptop, PC atau Perkembangan sosial Yang sering dilakukan adalah berusaha memberikan informasi palsu dengan menelepon atau meneror untuk mendapatkan informasi yang mereka butuhkan, ”lanjutnya.
Untuk itu, Maybank Indonesia mengumumkan akan terus meningkatkan keamanan sistem guna menjaga data nasabah.
Michel juga mengatakan hingga saat ini, 90 persen nasabahnya sudah mulai menggunakan layanan digital Maybank, yakni M2U. Dia mengatakan aplikasi tersebut telah diunduh 500.000 kali.
“Jika kita melihat jumlah orang yang terdaftar dari bulan ke bulan, bisa dikatakan 90 persen sudah aktif di M2U kita,” ujarnya.
Baca juga: Apakah PSBB Jakarta akan menguntungkan para pebisnis ecommerce?