Jakarta, CNBC Indonesia – Elon Musk, pengusaha terkenal, salah satu orang terkaya di dunia dan pendiri Perusahaan Nasdaq Exchange, Tesla Inc., perusahaan mobil listrik, mengklarifikasi masalah keluarganya yang memiliki tambang zamrud di Zambia, Afrika.
Seperti dikutip Tesla Rati, Musk dikabarkan pernah memiliki tambang di negara Afrika tersebut pada 2018 oleh situs publikasi satir bernama The Onion.
Mereka berbagi artikel di Twitter berjudul “Orang Terkaya Di Setiap Negara Bagian Dan Cara Mereka Menghasilkan Uang”.
dalam Menciak Menurut The Onion, Elon Musk adalah orang terkaya di Texas yang menghasilkan uang melalui sistem apartheid yang diterapkan di Afrika Selatan pada awal abad ke-20 hingga 1990.
Musk pun menanggapi dan membantah artikel tersebut. Musk, lebih spesifiknya, menyindir situs berita itu bahwa pantas bagi pembaca untuk beralih ke situs berita satir saingan The Babylon Bee sekarang.
“Kamu malu, bawang. Makanya orang-orang beralih ke @TheBabylonBee!” Tulis Musk di akun Twitter-nya.
Pada 2018, Elon Musk dan keluarganya dikaitkan dengan apartheid di Afrika Selatan setelah Business Insider menerbitkan sebuah artikel yang menyatakan bahwa ayah CEO Tesla memiliki setengah dari tambang zamrud di Zambia.
Namun, Business Insider mengakui bahwa mereka sendiri tidak pernah mengaitkan keluarga Musk dengan apartheid. Narasi ini kemudian dikembangkan di Twitter.
Aparteid sendiri adalah sistem segregasi rasial yang dikembangkan oleh orang kulit putih di Afrika Selatan. Sistem ini memberikan otoritas dan hak yang lebih rendah kepada orang non-kulit putih daripada orang kulit putih. Sistem ini dibubarkan pada tahun 1991 oleh Presiden Frederik Willem de Kerk.
(Tas tas)