Cianjur, Jabar (ANTARA) – Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyebutkan tujuh sesar aktif telah teridentifikasi di sekitar Kabupaten Cianjur, Jawa Barat.
Meski dikelilingi banyak patahan, kata Kepala BMKG Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG Dwikorita Karnawati mengatakan, warga Cianjur diminta tidak panik.
“Jangan panik, tapi harus tetap waspada. Warga sudah diimbau untuk membangun rumah tahan gempa atau berkonsultasi dengan instansi terkait sebelum membangun,” ujarnya.
Ia menambahkan, pihaknya telah meminta pemerintah daerah untuk menyusun kembali tata ruang berdasarkan rekomendasi dari instansi tersebut.
“Pemerintah daerah harus mengatur ulang tata ruang per wilayah, sebagai upaya antisipasi gempa serupa di masa mendatang,” ujarnya.
Langkah pencegahan dan mitigasi gempa yang dilakukan BMKG antara lain mengidentifikasi klaster sesar dan sharing hasil kajian dengan pemerintah, termasuk Pemerintah Kabupaten Cianjur, kata Karnawati.
Hasil kajian itu, kata dia, tidak perlu disampaikan kepada warga karena bisa menimbulkan kekhawatiran.
Sementara itu, Kepala Pusat Gempa dan Tsunami BMKG Daryono menjelaskan, berdasarkan hasil kajian, sesar penyebab gempa berkekuatan 5,6 SR di Kabupaten Cianjur pada November lalu teridentifikasi sebagai Sesar Cugenang.
Sesar yang melintasi dan mengelilingi Cianjur antara lain Sesar Cimandiri, Sesar Nyalindung-Cibeber, Sesar Rajamandala, termasuk sesar lain yang berdekatan dengan Cianjur seperti Sesar Cirata, Sesar Padalarang Barat, dan Sesar Lembang,” ujarnya.
Ia mengatakan, berdasarkan data aktivitas seismik BMKG sejak 2008, Patahan Cugenang sangat aktif.
BMKG juga mendeteksi adanya aktivitas seismik di zona sesar Cimandiri yang kemungkinan berasal dari sesar yang belum terpetakan atau teridentifikasi, termasuk sesar Cugenang yang baru teridentifikasi.
“Uncharted fault harus diwaspadai semua pihak karena dikhawatirkan akan terjadi aktivitas seismik yang merusak. Pemerintah daerah harus melihat aspek kesejarahan atau sejarah kegempaan di wilayahnya,” ujarnya.
Ketika gempa besar melanda suatu daerah, gempa lain dapat terjadi lagi beberapa dekade kemudian, seperti di Cugenang yang mengalami gempa besar pada tahun 1879 dan 1897, tambah Daryono.
Berita Terkait: Pemerintah menyiapkan dua rumah permanen bagi korban gempa Cianjur
Berita Terkait: BNPB memastikan pembersihan reruntuhan gempa Cianjur dalam 40 hari
Berita Terkait: Kementerian menargetkan rumah korban gempa Cianjur selesai sebelum Lebaran