Jakarta (ANTARA) –
Wakil Presiden Ma’ruf Amin menegaskan, budaya dan nilai-nilai lokal tidak hanya harus dilestarikan, tetapi juga dikembangkan agar tidak menjadi “fosil” yang tidak memberikan manfaat apa-apa bagi masyarakat.
“Upaya memajukan dan melestarikan budaya bangsa membutuhkan peran aktif dan inisiatif dari masyarakat. Kita perlu lebih dari sekedar melestarikan. Kita harus mengembangkan dan meningkatkan nilai-nilainya. Kalau kita hanya melestarikan (kebudayaan) itu akan menjadi ‘fosil’ yang hidup tapi tidak memberikan apa-apa bagi kami,” kata Amin saat membuka Pra Kongres Kebudayaan Minahasa 2023 di Universitas Indonesia di Jakarta, Kamis.
Sebagai penguasa kebudayaan nasional, masyarakat harus menyusun strategi pengembangan kebudayaan dan solusi untuk mengatasi persoalan-persoalan di bidang kebudayaan, seperti mitigasi dampak globalisasi, modernisasi, dan teknologi digital, katanya.
“Kebudayaan bangsa yang dibentuk oleh berbagai budaya lokal dan mengakar di semua daerah dapat membantu melestarikan ketahanan dan solidaritas bangsa dalam bingkai Bhinneka Tunggal Ika,” urai Amin.
Budaya lokal yang membentuk budaya bangsa juga berfungsi sebagai sarana pengikat untuk menjaga kerukunan bangsa.
“Kerangka politiknya ada empat. Kerangka politik pertama terdiri dari Pancasila, UUD 1945, NKRI, dan Bhinneka Tunggal Ika. Itu kerangka kita di tingkat nasional. Kita juga punya kerangka yuridis, yaitu peraturan untuk mencegah konflik,” kata Wapres.
Ia mencatat bahwa kerangka ketiga Indonesia adalah kerangka teologis, sebuah teologi kerukunan yang akan menjaga persatuan dan kerukunan antar aliran agama.
Keempat, kerangka budaya, juga harus dilestarikan untuk menjaga kerukunan bangsa, karena semuanya menghargai persatuan, tambahnya.
“Itu Dalihan Natolu (“perapian berkaki tiga”) dalam budaya Batak, ‘Torang Semua Basudara’ (“kita semua bersaudara”) dalam budaya Minahasa, dan Pela Gangong (aliansi persaudaraan) dalam budaya Maluku, semua mengajarkan kita untuk menjaga keharmonisan,” kata Amin.
Wapres mencatat, melalui budaya lokal, masyarakat Indonesia dapat menjaga kerukunan dan budayanya, terutama di saat-saat pertikaian, seperti saat pemilihan umum.
“(Dengan budaya lokal), tidak akan ada (konflik) dalam pemilihan umum, dan konflik yang ada juga bisa diredakan. Oleh karena itu, kita perlu mengembangkan apa yang telah diciptakan oleh orang Minahasa. Budaya juga perlu kita hidupkan, tidak hanya dengan melestarikannya tapi juga menghayati dengan nilai-nilainya,” ujarnya.
Berita Terkait: Kalteng mengajak pemuda untuk memajukan budaya lokal
Berita Terkait: Perpusnas meminta Pariaman memproduksi buku-buku tentang budaya lokal
Berita Terkait: Kementerian memperkenalkan anggota ASEAN pada kearifan lokal pada pewarna alami