Menteri luar negeri Indonesia pada hari Kamis membela keberatan negaranya terhadap janji deforestasi global yang dibuat minggu lalu dan berjanji untuk memberikan “poin pembicaraan” tentang komitmen iklim selama kunjungan dari mitranya di Inggris. Indonesia, rumah bagi sepertiga hutan hujan dunia, termasuk di antara 137 negara di KTT iklim COP26 Inggris yang menandatangani perjanjian untuk mengakhiri deforestasi pada tahun 2030.
Namun beberapa hari kemudian, Indonesia mundur, memperjelas bahwa interpretasinya sendiri terhadap janji itu kurang mutlak daripada mengakhiri deforestasi sepenuhnya. Menteri Luar Negeri Retno Marsudi menyoroti kemajuan dalam mengurangi deforestasi ke tingkat terendah dalam dua dekade dan mengatakan kepada Menteri Luar Negeri Inggris Liz Truss bahwa Indonesia akan mengubah sektor hutan dan penggunaan lahannya.
“Prestasi nyata Indonesia di bidang kehutanan tidak diragukan lagi,” katanya usai bertemu Truss dalam konferensi pers di Jakarta. “Saya menggarisbawahi bahwa Indonesia tidak ingin terjebak dalam retorika. Kami lebih suka berbicara.”
Kebakaran hutan menurun 82% pada 2020, sementara emisi pada 2019 turun 40,9% dibandingkan empat tahun sebelumnya, katanya. Para pemerhati lingkungan telah mengkritik perputaran balik yang kacau di Indonesia, dengan mengatakan bahwa hal itu bertentangan dengan Deklarasi Glasgow.
Menteri Lingkungan Hidup Siti Nurbaya Bakar, yang menghadiri KTT itu, menimbulkan kehebohan dengan mengatakan bahwa janji yang dibuat oleh Indonesia “jelas tidak pantas dan tidak adil”. Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar kemudian mengatakan janji itu tidak berarti bahwa deforestasi akan berhenti sepenuhnya, melainkan merujuk pada “pengelolaan hutan lestari”.
(Cerita ini tidak diedit oleh staf Devdiscourse dan secara otomatis dihasilkan dari umpan sindikasi.)