Perpustakaan menyediakan ruang yang dapat diakses publik untuk menghasilkan pengetahuan, berbagi dan bertukar informasi dan budaya, serta mendorong keterlibatan publik.
Jakarta (ANTARA) – Indonesia menjadi tuan rumah Konferensi Direksi Perpustakaan Nasional di Asia dan Oseania (CDNLAO) ke-28 di Jakarta, pada 24-27 Oktober 2022.
CDNLAO ke-28 bertema Dampak Layanan Perpustakaan Bagi Masyarakat: Keberlanjutan, Inklusi, dan Inovasi, kata Kepala Perpustakaan Nasional RI Muhammad Syarif Bando di sini, Minggu.
Pertemuan tersebut memiliki tiga tujuan utama termasuk bertukar informasi dan mempromosikan kerjasama dalam pengembangan perpustakaan di Asia dan Oseania.
Tujuan kedua menyangkut membantu perpustakaan di negara-negara kurang berkembang melalui kerjasama dan tujuan ketiga melibatkan pemahaman pengembangan seni perpustakaan antara perpustakaan di Asia dan Oseania.
Indonesia pernah menjadi tuan rumah CDNLAO pada 2007 dan 2012.
Berita Terkait: Naskah kuno membantu masyarakat dalam mempelajari sejarah bangsa
CDNLAO ke-28 seharusnya diadakan pada tahun 2020 di Indonesia, tetapi ditunda karena pandemi COVID-19.
Konferensi ini akan menghadirkan sembilan pembicara yang akan berbicara tentang tiga sub-tema: keberlanjutan, inklusi, dan inovasi.
Bando juga menyoroti bahwa manifesto International Federation of Library Associations and Institutions (IFLA)-UNESCO 2022 menyatakan bahwa perpustakaan umum berfungsi sebagai kekuatan untuk pendidikan, budaya, inklusi, dan informasi.
Selain itu, mereka juga bertindak sebagai agen untuk pembangunan berkelanjutan dan mereka memenuhi permintaan individu untuk kemakmuran spiritual dan kedamaian semua individu.
“Untuk itu, UNESCO mendorong pemerintah pusat dan daerah untuk berperan aktif dan mendukung pengembangan perpustakaan umum,” ujarnya.
Berita Terkait: Jakarta menggalakkan kecintaan membaca untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia
Manifesto tersebut juga menyatakan bahwa perpustakaan umum merupakan pusat informasi lokal yang menyediakan segala jenis pengetahuan dan informasi bagi penggunanya.
“Perpustakaan memberikan ruang yang dapat diakses publik untuk menghasilkan pengetahuan, berbagi dan bertukar informasi dan budaya, serta mendorong keterlibatan publik,” kata Bando.
Hal ini sejalan dengan program prioritas yang diusung Perpusnas, yaitu Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi Sosial (TPBIS).
Mulai tahun 2018, TPBIS telah berhasil mengembangkan wawasan pengetahuan dan berbagai keterampilan yang bermanfaat bagi masyarakat untuk meningkatkan taraf hidup.
Presentasi tentang TPBIS akan disampaikan oleh Kepala Perpusnas saat sesi khusus pembicara.
Berita Terkait: Perpustakaan Nasional mendorong penyediaan keterampilan yang berlaku bagi masyarakat
Berita Terkait: Undiksha menyelenggarakan konferensi nasional kerjasama perpustakaan universitas