Reporter: Filemon Agung | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID – JAKARTA. Komisi VII DPR RI menilai permasalahan subsidi LPG 3 kg terletak pada ketidaktepatan data penerima atau data masyarakat miskin, serta kendala dalam monitoring dan evaluasi penyaluran.
Wakil Ketua Komisi VII DPR RI dari kelompok PAN, Eddy Suparno, mencatat ada tiga masalah yang muncul dalam penyaluran gas cair bersubsidi 3 kg, yakni konsumsi orang yang tidak berhak, data penerima yang tidak akurat, dan kenaikan harga akibat harga yang ditetapkan.
“Harga di broker kemudian dipatok pangkal, ada kenaikan harga dari Rp 5.000 menjadi Rp 8.000, tapi masyarakat tetap beli karena harganya lebih murah,” kata Eddy Kontan.co.id, Minggu ( 11/10).
Eddy menambahkan, ada dua hal yang perlu menjadi fokus, yakni perbaikan data penerima dan perbaikan pemantauan dan penilaian. Menurut dia, perbaikan data penerima pandemi Covid-19 sudah tepat karena pemerintah telah melaksanakan sejumlah program bantuan kepada masyarakat. Dengan demikian, data yang digunakan oleh pemerintah dapat menjadi rujukan.
Sementara itu, proses asesmen juga dipandang perlu karena asesmen dan pemantauan masih minim. Namun, Eddy tidak setuju dengan usulan KPK untuk mengalihkan hibah LPG 3 kg ke sistem BLT (Bantuan Langsung Tunai).
“Sudah ada hitung-hitungnya, satu rumah tangga pakai 3 tabung sebulan, uangnya Rp 100.000. Tapi kalau dikasih tunai dulu mungkin bukan beli elpiji, tapi kacang-kacangan atau yang lainnya. Tidak efektif,” jelas Eddy.
Di sisi lain, KPK menilai dalam studinya data usulan penerima dari provinsi terus meningkat, meski data Badan Pusat Statistik menunjukkan penurunan jumlah penduduk miskin.
Baca juga: BPKN menyampaikan tentang pengelolaan subsidi gas 3kg
Sebagai informasi: Dalam RAPBN 2021 (RAPBN), volume LPG 3 kg bersubsidi adalah 7,5 juta ton (MT).
Eddy mengumumkan bahwa temuan ini telah memperhitungkan studi oleh sejumlah lembaga di mana jumlah orang miskin berpotensi meningkat pada tahun 2021 menyusul dampak pandemi Covid-19. Selain itu, konsumsi LPG juga diperkirakan akan meningkat.
Hingga pesan ini ditulis, belum ada tanggapan dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Alam (ESDM) yang dihubungi melalui Plt Dirjen Migas Ego Syahrial.
Sebelumnya, Kementerian ESDM memastikan masih mengkaji skema distribusi untuk 2021. Menteri ESDM Arifin Tasrif mengatakan, pemberian subsidi idealnya dilakukan secara tertutup agar pendistribusiannya tepat sasaran. “Nanti subsidi akan dilakukan secara privat, tapi hingga saat ini kami masih berkoordinasi dengan kementerian lain,” kata Arifin di Komisi VII RDP awal September lalu.
DONASI, dapatkan voucher gratis!
Sebagai ungkapan terima kasih atas perhatian Anda, terdapat voucher gratis senilai donasi yang dapat Anda beli TOKO SELAMAT.