Jakarta, CNN Indonesia –
Peneliti di University of Central Florida mengungkap rahasia bakteri magnetotactic, yang bisa menghasilkan beberapa satwa memiliki ‘indra keenam’. Indra keenam ini digunakan oleh hewan untuk kembali ke tempat mereka dilahirkan.
Bakteri magnetotaktik merupakan jenis bakteri yang pergerakannya dipengaruhi oleh medan magnet termasuk bumi. Hewan yang “membantu” bakteri dengan kemampuan ini termasuk penyu, burung, ikan, dan lobster.
Mulailah Atlas baruRobert Fitak, peneliti di University of Florida, Selasa (22/9) mengatakan bahwa bakteri magnetotaktik menyelaraskan diri dengan medan magnet dengan menggunakan organel intraseluler khusus yang disebut magnetosom.
Dalam sebuah artikel yang baru saja diterbitkan di jurnal Royal Society B Philosophical Transactions, Fitak dan rekannya menyajikan bukti terbaru untuk mendukung hipotesis bahwa bakteri sensitif magnet ini berperan dalam merasakan medan geomagnetik di sekitar mereka.
Kritik paling umum terhadap hipotesis bakteri yang dapat dideteksi secara magnetis adalah kurangnya bukti adanya bakteri magnetotaktik dalam sampel jaringan hewan.
Artikel baru membahas kritik ini dan memanfaatkan basis data metagenomik besar untuk menunjukkan bahwa jejak genetik bakteri magnetotaktik dapat dideteksi pada banyak spesies hewan.
Fitak mengatakan sejumlah bakteri magnetotaktik dapat dideteksi pada spesies hewan yang diyakini memiliki kemampuan magnetoreceptive. Paus sikat Atlantik, penyu tempayan dan kelelawar coklat ditemukan memiliki jenis bakteri yang peka terhadap medan magnet.
Artikel baru tersebut juga mengutip dua studi terbaru yang memberikan bukti empiris pertama bahwa bakteri secara langsung mempengaruhi indra magnetis suatu organisme.
Studi pertama yang diterbitkan dalam jurnal Nature Microbiology menemukan bahwa jenis mikroorganisme tertentu yang dikenal sebagai protista laut secara simbiosis memperoleh indra magnetis mereka langsung dari bakteri magnetotaktik.
Studi kedua yang dikutip dalam artikel tersebut menjelaskan eksperimen pemberian antibiotik pada burung bambu, burung yang diyakini mengandalkan indra geomagnetik untuk memandu migrasi tahunan yang panjang.
Tidak diketahui secara pasti bagaimana bakteri magnetotaktik dapat berkomunikasi dengan organisme inangnya. Bahkan tidak diketahui di mana bakteri hidup pada hewan untuk menggunakan efek sensor medan magnetnya.
Mulailah Halaman resmiMetode magnetotaktik dari Max Planck Institute menggunakan kompas sel miniatur, yang terdiri dari rantai tunggal magnet skala nano dan disebut magnetosom. Semua bakteri disejajarkan seperti jarum kompas di medan magnet.
Sampai saat ini, tidak jelas bagaimana sel mengatur magnetosom menjadi rantai stabil, berlawanan dengan kecenderungan fisiknya untuk mengikuti gaya tarik magnet. Dengan bantuan metode genetika dan pencitraan molekuler, para peneliti di Max Planck Institute telah mengidentifikasi protein yang bertanggung jawab untuk produksi rantai magnetosom.
Para ilmuwan menunjukkan bahwa protein ini menyelaraskan magnetosom di sepanjang struktur sitoskeletal yang sebelumnya tidak diketahui. Ini memberikan bukti bahwa genetika cukup mengatur rantai magnetosom.
Bakteri magnetotaktik tersebar luas di lumpur lingkungan laut. Di dalam sel, mereka membentuk magnetosom yang tersusun dalam rantai. Bakteri menggunakannya untuk membedakan “atas” dari “bawah” dalam medan magnet bumi dan untuk menavigasi secara efisien untuk menemukan kondisi pertumbuhan yang optimal.
Magnetosom terdiri dari kristal kecil dari magnetit mineral besi magnetik dan ukurannya hanya sekitar 50 nanometer.
(jps / mik)