Parlemen Indonesia pada hari Selasa mengesahkan undang-undang untuk memindahkan ibu kota negara dari Jakarta yang padat ke kawasan hutan di pulau Kalimantan, membuka jalan bagi pembangunan kota baru yang disebut Nusantara.
Oposisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) adalah satu-satunya partai di DPR yang menentang undang-undang tersebut, kata Ahmad Doli Kurnia, ketua panitia penasihat undang-undang tersebut.
“Mengizinkan!” Anggota parlemen berteriak serempak ketika Ketua DPR Puan Maharani bertanya apakah mereka menyetujui RUU itu selama sesi pleno, yang disiarkan di saluran YouTube anggota parlemen.
“Kami sampai pada kesimpulan bahwa delapan fraksi setuju, jadi kami bisa melewatinya,” kata Puan sambil memukul palu.
Pada Agustus 2019, Presiden Joko “Jokowi” Widodo mengumumkan bahwa negara tersebut akan memindahkan ibu kotanya dari Jakarta yang padat dan sebagian terendam air di pulau Jawa ke Kalimantan Timur, sebuah provinsi dengan hutan lebat dan penduduk yang jarang di Kalimantan, Indonesia.
Undang-undang baru menyebut ibu kota baru “Nusantara”, yang secara umum berarti “nusantara”.
Jokowi memilih nama itu, kata Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa, Senin.
Ibukota baru akan mencakup lahan seluas 256.142 hektar (632.940 hektar), dan Suharso mengatakan biaya membangunnya dari awal diperkirakan mencapai Rp 466 triliun ($ 32,5 miliar), di mana 53 persen akan ditanggung oleh dana APBN.
Seorang pejabat setingkat menteri yang ditunjuk oleh presiden akan mengawasi apa yang disebut Otoritas Ibu Kota Nusantara, sesuai dengan rancangan undang-undang terbaru yang diperoleh BeritaBenar. Pejabat itu akan ditunjuk selambat-lambatnya dua bulan setelah undang-undang itu diundangkan, katanya.
perpindahan ibu kota
Pemerintah mengatakan kemacetan lalu lintas, seringnya banjir, dan penurunan permukaan tanah yang disebabkan oleh pengambilan air tanah yang tidak terkendali di Jakarta adalah alasan utama pemindahan tersebut.
Sekitar 40 persen dari ibu kota saat ini berada di bawah permukaan laut, dan pada tahun 2050, seluruh wilayah Jakarta Utara akan berada di bawah air, menurut para ahli.
Selain itu, kerugian ekonomi yang disebabkan oleh kemacetan kota diperkirakan mencapai 100 triliun rupiah ($7 miliar) per tahun, kata pemerintah.
Berbicara kepada parlemen atas nama presiden pada hari Selasa, Suharso mengatakan ibu kota baru akan menciptakan “pusat” ekonomi baru.
Ibukota baru ini sangat strategis karena dekat dengan jalur laut nasional dan internasional yang sibuk dan terletak di antara dua kota dengan infrastruktur yang maju – Balikpapan dan Samarinda, kata Suharso.
“Rencana pemindahan ibu kota negara merupakan bagian dari strategi mewujudkan Visi Indonesia 2045 untuk pertumbuhan ekonomi yang lebih inklusif dan berkeadilan melalui percepatan pembangunan kawasan timur Indonesia,” ujarnya.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional memperkirakan bahwa pada tahun 2045 ibu kota baru akan memiliki populasi 1,9 juta – sekitar 10 kali populasi daerah saat ini. Penajam Paser Utara, kabupaten tempat pusat pemerintahan akan dibangun, kini berpenduduk sekitar 180.000 orang.
Populasi Kalimantan Timur akan tumbuh menjadi 11 juta dari 3,7 juta saat ini, menurut badan tersebut.
Mardani Ali Sera, anggota parlemen untuk PKS, satu-satunya partai oposisi di parlemen, mengatakan tidak ada alasan kuat untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta, terutama dengan mengorbankan pembayar pajak.
“Pembangunannya akan sangat mahal [a new city] dari awal,” kata Mardani.
Pembukaan hutan dan mengubahnya menjadi ibu kota negara juga bertentangan dengan janji untuk mengurangi emisi gas rumah kaca yang dibuat oleh Indonesia pada KTT iklim COP26 PBB tahun lalu, katanya.
Selain itu, menurut Mardani, ibu kota masa depan relatif dekat dengan Laut Cina Selatan sehingga rentan jika terjadi konflik bersenjata di sana.
Faisal Basri, seorang ekonom senior di Universitas Indonesia, mengatakan dia dan empat orang lainnya akan pergi ke Mahkamah Konstitusi untuk menantang undang-undang ibu kota yang baru.
“Saya dan PKS tidak anti transfer dana, tapi kita harus mempersiapkan diri dengan baik dan melibatkan masyarakat,” ujarnya dalam diskusi di YouTube. “Mungkin dalam 10 tahun setelah kita memecahkan masalah besar.”