Jakarta, CNBC Indonesia – Belakangan ini restoran fast food Burger King di media sosial mengimbau masyarakat untuk membeli produk dari kompetitornya seperti McDonald’s dari KFC dan lainnya. Langkah ini mendapat dukungan luas di kalangan pengguna internet mengingat kesulitan yang dihadapi bisnis restoran yang terkena pandemi Covid-19.
“Tidak pernah terlintas dalam pikiran kami untuk bertanya kepada Anda, tetapi semua restoran dengan ribuan karyawan sekarang membutuhkan bantuan Anda,” tulis Burger King, yang diposting di media sosialnya awal pekan ini.
“Jika Anda siap membantu, terus nikmati pengantaran yang enak, makanan yang dibawa pulang, dan makanan drive-through. Nikmati pilihan whopper (burger) terbaik, tetapi tidak ada salahnya untuk memesan Big Mac juga.”
Yuswohady, pengamat pemasaran, menanggapi tindakan Burger King. Dia mengatakan apa yang dilakukan Burger King adalah bagian dari konsepnya Pemasaran dari mulut ke mulut alias pemasaran dari mulut ke mulut. Dia mengatakan apa yang berhasil dilakukan Burger King memicu simpati orang dan menjadi viral di media sosial.
“Dengan kampanye ini, yang sebelumnya tidak memuat teks Burger King, kini menjadi eye-catcher. Reputasi dan kesadaran Burger King meningkat,” kata Yuswohady kepada CNBC Indonesia.
Dia mengatakan jenis taktik pemasaran ini tepat bagi perusahaan atau merek untuk menghasilkan simpati daripada strategi penjualan yang sulit. Selama pandemi saat ini, strategi penjualan yang sulit seperti penjualan di pinggir jalan kurang cocok, yang sebenarnya dapat menurunkan reputasi dan belum tentu efektif. Justru yang dilakukan Burger King adalah menggugah simpati.
“Sudut pandangnya arif, sudut pandang itu urusan bisnis para karyawan. Kepentingan merek diabaikan. Ini (restoran) yang harus dibeli. Kalau dibeli, pekerja restoran tidak dipecat,” ujarnya.
Menurut Yuswohady, strategi semacam ini sudah pernah diterapkan di AS sebelumnya. Strategi untuk membangkitkan simpati, kebalikan dari apa yang biasanya menyerang atau menyinggung pesaing.
Apakah akan berdampak pada penjualan juga?
“Efeknya adalah reputasi perusahaan, citra membaik, jika efeknya pada penjualan tidak dalam jangka pendek. Orang tidak langsung membelinya. Efek dari penjualan normal tidak akan terlalu besar,” katanya.
Menurutnya, pada masa pandemi saat ini, brand harus menciptakan kreativitas yang unik atau tidak biasa sehingga menjadi masalah hingga viral, meski efeknya hanya jangka pendek. Meskipun tidak semua strategi untuk mencuri perhatian dapat bekerja dengan lancar, kali ini Burger King harus mengakui bahwa ia dapat mencuri perhatian.
“Setelah apa yang dilakukan Burger King, sengaja disiapkan,” ujarnya.
(Kepala kepala)