Pada 4 November 2011, peneliti dari University of Oberta de Catalunya (UOC) menerbitkan gambaran umum tentang efek virus corona pada sistem saraf pusat dan menyarankan bahwa delirium harus dipandang sebagai manifestasi penyakit saat demam terjadi, terutama pada lansia. .
Peneliti UOC Javier Correa, yang melakukan penelitian tersebut, menyatakan bahwa delirium yang terkait dengan demam bisa menjadi gejala awal COVID-19.
Demikian kesimpulan utama dari review penelitian ilmiah yang dilakukan oleh peneliti dari Universitat Oberta de Catalunya dan dipublikasikan dalam Journal of Clinical Immunology and Immunotherapy.
Para peneliti menekankan fakta bahwa selain hilangnya rasa dan bau, disertai sakit kepala pada hari-hari sebelum batuk dan kesulitan bernapas, beberapa pasien juga mengalami delirium.
Oleh karena itu, penyakit ini harus dilihat sebagai indikator utama penyakit demam tinggi, terutama pada usia lanjut (lanjut usia).
Delirium adalah keadaan kebingungan ketika seseorang merasa terputus dari kenyataan, seolah-olah sedang bermimpi, kata Javier seperti dikutip di situs resmi UOC, Jumat 11 Desember 2020.
“Kita perlu waspada, apalagi dalam situasi epidemiologi seperti sekarang, karena seseorang yang menunjukkan tanda-tanda kebingungan bisa jadi menjadi indikator infeksi virus corona,” tambah Javier.