Jakarta, CNN Indonesia –
Menteri Lembaga Israel, Tzachi Hanegbi, secara terbuka menyatakan kegunaan negaranya dalam berperang Iran jika calon Presiden Partai Demokrat Amerika Serikat (AS), Joe biden, memenangkan protes politik tahun ini.
Menurut dia, perkiraan tersebut muncul sebagai tanggapan atas sikap Biden terhadap kesepakatan nuklir Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA) 2015 yang diduga membahayakan Israel di kawasan Timur Tengah.
“Biden telah mengatakan secara terbuka di masa lalu bahwa dia akan kembali ke kesepakatan nuklir. Saya melihat ini adalah sesuatu yang akan mengarah pada konfrontasi antara Israel dan Iran,” kata Hanegbi kepada surat kabar tersebut. The Jerusalem Post, yang dikutip Al-Monitor, Sabtu (7/11).
Amerika Serikat menandatangani kesepakatan nuklir dengan Iran pada 2015 di bawah kepemimpinan Presiden Barack Obama. Saat itu, Biden menjabat sebagai wakil presiden.
Kesepakatan itu menghapus sanksi terhadap Iran dengan imbalan pembatasan program nuklirnya.
Namun, pada 2018, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk menarik diri dari kesepakatan tersebut dan memilih untuk menerapkan kembali sanksi keras. Trump menuduh Iran mencoba membangun senjata nuklir, tetapi Iran membantahnya.
Dalam hal ini, mayoritas penduduk Israel merasa bahwa kesepakatan itu terlalu lunak terhadap Iran dan tidak menjamin bahwa Iran akan tunduk padanya setelahnya. Ditambah lagi, bukan rahasia lagi bahwa mayoritas orang Israel, terutama yang berada di sayap kanan, sangat ingin agar Trump memenangkan pemilihan presiden AS 2020.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu juga sempat berpidato di depan Kongres dan mengkritik kesepakatan dengan Iran yang baru saja diserang oleh pemerintahan Obama saat itu. Mayoritas orang Israel melihat kesepakatan itu sebagai “palsu”.
Bahkan sebelum hari pemungutan suara (3/11), Trump telah meminta pendapat Netanyahu tentang kemungkinan Biden dapat secara resmi mengakui Sudan sebagai Israel. Namun, Netanyahu enggan menjawab secara eksplisit pertanyaan dari calon presiden AS yang sedang menjabat.
“Tuan Presiden, satu hal yang dapat saya katakan adalah bahwa kami menghargai bantuan perdamaian siapa pun di Amerika. Dan kami sangat menghargai apa yang telah Anda lakukan,” jawab Netanyahu.
Proses pemilu Amerika berlangsung sengit. Pada Rabu (4/11), Trump bahkan mengklaim kemenangan dalam pemilihan presiden AS meski pada saat itu perhitungannya belum lengkap.
Ia lantas menuding Partai Demokrat berpotensi melakukan penyimpangan dan kecurangan dalam proses penghitungan, dan menyatakan akan mempertanyakan hasil pemilihan presiden ke Mahkamah Agung.
Tak hanya itu, Trump juga menuding adanya pencurian suara oleh pihak tak dikenal. Dia kemudian menekankan bahwa dia tidak akan membiarkan hal itu terjadi.
Trump juga menyalahkan hilangnya suara di banyak negara bagian AS. Dalam tweet di akun Twitter-nya, Trump juga menuduh lembaga survei melakukan kesalahan total.
Menanggapi hal tersebut, pejabat senior Republik juga meminta Trump dan timnya untuk mengklarifikasi tuduhan penipuan yang dia buat kali ini dalam pemilihan presiden.
Tak hanya Trump, Biden juga yakin akan memenangkan Pilpres AS 2020. Biden yakin meski proses penghitungannya belum selesai.
Dia menyinggung sejumlah negara bagian yang saat ini dia kendalikan, seperti Georgia dan Pennsylvania.
(khr / ayp)