Studi yang dipublikasikan di Nature Climate Change membandingkan hasil keseimbangan massa lapisan es dari pengamatan satelit dengan proyeksi Model iklim.(Baca juga:Van Gaal Sejujurnya, saya akui, saat ini saya suka menonton pertandingan Italia)
Sejak pemantauan lapisan es sistematis dimulai pada awal 1990-an, Greenland dan Antartika kehilangan 6,4 triliun ton es antara 1992 dan 2017. Akibat peristiwa ini, permukaan laut global naik 17,8 milimeter.
Jika angka ini terus berlanjut, lapisan itu Diperkirakan permukaan laut akan naik 17 cm lagi dan wilayah pesisir akan terendam.
Penulis utama studi dan peneliti iklim di Pusat Pengamatan dan Pemodelan Kutub Universitas Leeds, Tom Slater, mengatakan satelit adalah satu-satunya cara mereka untuk secara rutin memantau daerah yang luas dan terpencil ini.
Jadi satelit sangat penting dalam memberikan pengukuran yang dapat kita gunakan untuk memvalidasi model lapisan es kita.
“Pengamatan satelit tidak hanya menunjukkan kepada kami berapa banyak es yang hilang, tetapi juga membantu kami mengidentifikasi dan memahami bagian-bagiannya Antartika dan Greenland Bagian mana yang kehilangan es dan melalui proses mana – keduanya krusial untuk perbaikan model lapisan es, “ujarnya di situs resmi European Space Agency (ESA), Kamis (10/09/2020).
Marcus Engdahl dari ESA menambahkan, pengamatan satelit menunjukkan bahwa lapisan es bereaksi sangat cepat terhadap perubahan lingkungan.
“Sangat penting bagi para ilmuwan untuk memiliki akses ke data dari misi satelit masa depan yang dapat mengamati daerah tersebut kutub, Misal, misi calon Copernicus prioritas tinggi berikutnya adalah CRISTAL, ROSE-L dan CIMR, ”ujarnya.
(wbs)